Pakar pertahanan Australia Philip Dorling mendesak Perdana Menteri
Australia Tony Abbott segera meminta maaf kepada Indonesia. Menurutnya,
Australia memerlukan kerendahan hati untuk mencegah kerusakan besar
dalam hubungan diplomatiknya dengan Indonesia yang notabene merupakan
salah satu negara tetangga terdekat mereka.
“Tony Abbott tak
boleh menunda meminta maaf kepada Indonesia. Lebih penting lagi, ia
harus menggelar penyelidikan berskala besar terhadap badan dan agen-agen
intelijen Australia,” kata Dorling dalam kolomnya di harian Australia, The Sydney Morning Herald, Rabu 20 November 2013.
Dorling
berpendapat apabila pemerintah negaranya bersikukuh tak mau minta maaf,
maka bukan tak mungkin kerusakan diplomatik tak hanya terjadi pada
hubungan antara Australia dengan Indonesia, tapi juga dengan
negara-negara Asia lainnya yang sejak lama menjadi target penyadapan
Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate).
Doktor
lulusan Flinders University itu menilai PM Tony Abbott dan Menteri Luar
Negeri Julie Bishop terjebak pada pola kaku meskipun Australia sudah
nyata-nyata tertangkap basah menyadap Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyoho, istrinya, dan delapan pejabat serta mantan pejabat tinggi RI
lainnya.
Pernyataan Abbott yang mengatakan pemerintahnya tak
mengomentari persoalan intelijen dianggap sama sekali tak membantu.
Dorling melihat Abbott seperti berharap ketegangan antara Indonesia dan
Australia akan mereda dengan sendirinya. “Dalam jangka panjang, sikap
itu benar. Tapi masalahnya, seberapa besar kerugian yang akan diderita
Australia dengan membiarkan persoalan ini,” ujarnya.
Dorling
mengingatkan Abbott tentang betapa seriusnya langkah Indonesia dalam
menurunkan derajat hubungannya dengan Australia. “Dubes RI ditarik dari
Australia, dikaji ulangnya kerjasama bilateral dengan Australia, dan
status staf Kedutaan Australia di Jakarta yang tak pasti, semua itu
menunjukkan kerasnya posisi pemerintah Indonesia terhadap isu ini,” kata
dia.
Patut diingat, ujar Dorling, Australia butuh kerjasama
Indonesia dalam isu-isu sensitif semacam penyelundupan manusia atau
imigran gelap yang tak hentinya memasuki negeri itu. Australia juga
punya kepentingan besar dalam program pemberantasan terorismenya bersama
Indonesia. “Dalam diplomasi regional, Jakarta dapat dengan mudah
mempersulit posisi Australia,” kata dia.
Dorling menyimpulkan,
permintaan maaf amat perlu dikeluarkan Australia. “Suka atau tidak,
Australia ketahuan menyadap, dan ini harga yang harus kita bayar,”
ujarnya. Lagipula, kata dia, sekedar permintaan maaf tak akan mengurangi
kemampuan Australia di masa depan untuk melindungi kepentingan
nasionalnya.
Sebelumnya, PM Tony Abbott mengatakan pemerintah
manapun di dunia punya tugas utama melindungi negaranya dan
mengedepankan kepentingan nasional. “Setiap pemerintah mengumpulkan
informasi, dan mereka (Indonesia) pun tahu bahwa pemerintah negara lain
melakukan hal serupa,” ujar Abbott di hadapan parlemen Australia.
Sebagai
perdana menteri, Abbott harus memastikan keselamatan setiap warganya.
“Itu sebabnya kami mengumpulkan informasi intelijen,” ujarnya. Namun
Abbott menjamin informasi yang diperoleh Badan Intelijen Australia tak
akan digunakan untuk hal buruk.
Namun Presiden SBY tak terima
dengan ucapan Abbott itu. Ia melontarkan kemurkaannya lewat Twitter.
“Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah
merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara
penganut sistem demokrasi. Indonesia menuntut Australia memberikan
jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap
Indonesia,” kata SBY.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar