Selasa, 19 November 2013

AS Juga Sadap 33 Juta Komunikasi Telepon di Norwegia

Harian Norwegia, Daglabet, melansir negaranya juga menjadi sasaran praktik spionase oleh Amerika Serikat. Aksi mata-mata itu lagi-lagi dibongkar oleh mantan kontraktor Badan Intelijen AS (NSA) Edward J. Snowden dalam dokumen berjudul ‘Norwegia – 30 Hari Terakhir’ yang ia bocorkan.

Laman The Nordic Page Norway, 19 November 2013, melansir dokumen itu menunjukkan bahwa antara periode 10 Desember 2012-8 Januari 2013, NSA telah menguping 33.186.042 panggilan telepon warga Norwegia. Pemberitaan ini sontak menghebohkan para pejabat tinggi negeri itu.

Mantan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg yang masih menjabat ketika penyadapan itu terjadi, mengaku tidak tahu adanya perluasan pemantauan yang dilakukan oleh agen intelijen Negeri Paman Sam. “Saya sama sekali tidak diinformasikan mengenai pemantauan seperti yang diberitakan media,” ujar Stoltenberg kepada media NRK.

Stoltenberg mengatakan, saat ini yang terpenting bukan menyebut seberapa besar skala penyadapan oleh AS, melainkan mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi.

Kemurkaan juga terlihat di wajah Menteri Kehakiman Norwegia, Anders Anundsen. Dia menyebut aksi NSA tidak dapat diterima. “Aksi yang dilakukan oleh negara sekutu dengan memata-matai antarpemimpin politik tidak dapat diterima,” kata dia.

Suara penolakan juga muncul dari para politisi, salah satunya pemimpin Partai Sosialis Kiri, Audun Lysbakken. “Skandal penyadapan yang diungkap Dagbladet merupakan hal yang serius. Norwegia harus memprotes keras AS,” tulis Lysbakken melalui akun Twitter-nya.

Pemimpin Partai Liberal Venstre, Trine Skei Grande, lantas mendesak Perdana Menteri Erna Solberg agar secepatnya beraksi keras atas skandal penyadapan ini.

Intelijen Norwegia tahu

Namun Badan Intelijen Norwegia buru-buru memberi klarifikasi. Menurut Kepala Layanan Intelijen Norwegia, Letnan Jenderal Kjell Grandhagen, aksi penyadapan terhadap warga Norwegia dilakukan oleh institusi pimpinannya sendiri. Hasil sadapan itu lantas dibagikan Badan Intelijen Norwegia ke NSA atas nama keamanan.

“Ini merupakan data yang dikumpulkan Badan Intelijen Norwegia untuk mendukung operasi militer negara kami dalam menangani berbagai konflik di luar negeri, atau terkait perlawanan terhadap aksi teror yang juga terjadi di luar,” ungkap Grandhagen.

Data tersebut bukan digunakan untuk melawan dan membahayakan warga Norwegia sendiri, tetapi dibagi untuk juga melindungi warga AS. Menurut Grandhagen, data yang diperoleh Badan Intelijen Norwegia hanya berupa meta data yang mencakup lama durasi pembicaraan, nomor penelepon, nomor penerima, serta lokasi panggilan itu dibuat.

Namun pengakuan Grandhagen itu tidak sesuai dengan dokumen yang dibocorkan Snowden. Pasalnya dalam dokumen itu tidak disebut aksi penyadapan sengaja dilakukan secara sukarela oleh Badan Intelijen Norwegia lalu hasilnya dibagikan ke NSA.

Sementara Kedubes AS di ibu kota Norwegia, Oslo, menolak berkomentar soal terbongkarnya skandal penyadapan di sana. “Ketika menyangkut aktivitas intelijen, kami tidak akan mengomentari kasus per individu. AS melakukan pengumpulan informasi intelijen di luar, sama seperti yang dilakukan oleh negara lainnya,” ujar perwakilan Kedubes AS.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar