Harian Norwegia, Daglabet, melansir negaranya juga menjadi
sasaran praktik spionase oleh Amerika Serikat. Aksi mata-mata itu
lagi-lagi dibongkar oleh mantan kontraktor Badan Intelijen AS (NSA)
Edward J. Snowden dalam dokumen berjudul ‘Norwegia – 30 Hari Terakhir’
yang ia bocorkan.
Laman The Nordic Page Norway, 19
November 2013, melansir dokumen itu menunjukkan bahwa antara periode 10
Desember 2012-8 Januari 2013, NSA telah menguping 33.186.042 panggilan
telepon warga Norwegia. Pemberitaan ini sontak menghebohkan para pejabat
tinggi negeri itu.
Mantan Perdana Menteri Norwegia Jens
Stoltenberg yang masih menjabat ketika penyadapan itu terjadi, mengaku
tidak tahu adanya perluasan pemantauan yang dilakukan oleh agen
intelijen Negeri Paman Sam. “Saya sama sekali tidak diinformasikan
mengenai pemantauan seperti yang diberitakan media,” ujar Stoltenberg
kepada media NRK.
Stoltenberg mengatakan, saat ini yang
terpenting bukan menyebut seberapa besar skala penyadapan oleh AS,
melainkan mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi.
Kemurkaan
juga terlihat di wajah Menteri Kehakiman Norwegia, Anders Anundsen. Dia
menyebut aksi NSA tidak dapat diterima. “Aksi yang dilakukan oleh negara
sekutu dengan memata-matai antarpemimpin politik tidak dapat diterima,”
kata dia.
Suara penolakan juga muncul dari para politisi, salah
satunya pemimpin Partai Sosialis Kiri, Audun Lysbakken. “Skandal
penyadapan yang diungkap Dagbladet merupakan hal yang serius. Norwegia
harus memprotes keras AS,” tulis Lysbakken melalui akun Twitter-nya.
Pemimpin
Partai Liberal Venstre, Trine Skei Grande, lantas mendesak Perdana
Menteri Erna Solberg agar secepatnya beraksi keras atas skandal
penyadapan ini.
Intelijen Norwegia tahu
Namun
Badan Intelijen Norwegia buru-buru memberi klarifikasi. Menurut Kepala
Layanan Intelijen Norwegia, Letnan Jenderal Kjell Grandhagen, aksi
penyadapan terhadap warga Norwegia dilakukan oleh institusi pimpinannya
sendiri. Hasil sadapan itu lantas dibagikan Badan Intelijen Norwegia ke
NSA atas nama keamanan.
“Ini merupakan data yang dikumpulkan
Badan Intelijen Norwegia untuk mendukung operasi militer negara kami
dalam menangani berbagai konflik di luar negeri, atau terkait perlawanan
terhadap aksi teror yang juga terjadi di luar,” ungkap Grandhagen.
Data
tersebut bukan digunakan untuk melawan dan membahayakan warga Norwegia
sendiri, tetapi dibagi untuk juga melindungi warga AS. Menurut
Grandhagen, data yang diperoleh Badan Intelijen Norwegia hanya berupa
meta data yang mencakup lama durasi pembicaraan, nomor penelepon, nomor
penerima, serta lokasi panggilan itu dibuat.
Namun pengakuan
Grandhagen itu tidak sesuai dengan dokumen yang dibocorkan Snowden.
Pasalnya dalam dokumen itu tidak disebut aksi penyadapan sengaja
dilakukan secara sukarela oleh Badan Intelijen Norwegia lalu hasilnya
dibagikan ke NSA.
Sementara Kedubes AS di ibu kota Norwegia,
Oslo, menolak berkomentar soal terbongkarnya skandal penyadapan di sana.
“Ketika menyangkut aktivitas intelijen, kami tidak akan mengomentari
kasus per individu. AS melakukan pengumpulan informasi intelijen di
luar, sama seperti yang dilakukan oleh negara lainnya,” ujar perwakilan
Kedubes AS.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar