Rusia disebut mencoba
memasuki sistem data komputer negara anggota G20 pada KTT di St.
Petersburg September lalu. Praktik spionase ini pertama kali dibongkar
oleh dua koran Italia Il Corriere della Sera dan La Stampa pekan ini.Terbongkarnya aksi spionase Rusia berkat penemuan badan intelijen Jerman pada berbagai souvenir hadiah dari Rusia pada KTT tersebut. Di beberapa souvenir tersebut, dilaporkan telah dipasang alat-alat penyadap.
Di antara souvenir yang diberikan Rusia pada para delegasi, termasuk kepala negara, adalah boneka teddy bear, cangkir, buku agenda, kabel data, USB dan charger telepon seluler. Tiga benda terakhir inilah yang disebut ditanamkan alat penyadap. Diperkirakan, ada 300 alat semacam ini yang dibagikan pada para delegasi.
Menurut Il Corriere della Sera, kecurigaan pertama kali disampaikan oleh Herman Van Rompuy, presiden Dewan Eropa. Tim keamanan Uni Eropa lantas memberikan USB itu pada badan intelijen Jerman yang langsung melakukan pengujian.
Benar saja, di dalam benda berlambang logo G20 tersebut telah dipasang alat yang mampu menyedot data di komputer dan ponsel, termasuk data email dan SMS. Dalam bentuk USB atau charger, tidak ada yang menyangka alat ini diam-diam mencuri isi komputer.
Harian La Stampa, punya julukan tepat untuk taktik spionase macam ini. "Ini adalah 'kuda Troya' yang dirancang untuk mencuri informasi dari komputer dan telepon seluler," tulis harian yang berbasis di Turin tersebut.
Kuda Troya terdapat dalam kisah mitologi Yunani tentang perang antara Troya dan Spartan. Dalam sebuah taktiknya, Spartan mengirimkan hadiah berupa patung kuda besar.
Dikira Spartan menyerah,
hadiah ini diseret dengan gembira oleh warga Troya memasuki benteng
kota. Tapi ternyata, di dalam patung itu ada banyak tentara Spartan yang
mengacak Troya dari dalam.
Penyelidikan soal perangkat mata-mata ini masih terus dilakukan oleh intelijen Jerman. Van Rompuy yang berasal dari Belgia juga memerintahkan para ahli intelijen di Brussels dan Bonn untuk menyelidiki alat tersebut.
Menurut diplomat Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya, hasil penyelidikan nanti akan menentukan apa respon resmi mereka terhadap Moskow.
Telegraph mengurai kembali laporan dua media Italia tersebut. Kantor berita ini mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa Rusia melakukan cara amatir dalam melakukan mata-mata. Dia menjelaskan, seorang diplomat yang terlatih tentu akan mencurigai barang-barang "gratis".
"Ini adalah kesalahan yang dilakukan anak sekolahan," kata diplomat itu.
Menanggapi tuduhan ini, pemerintahan Rusia kalang kabut. Juru bicara Kremlin Dmitri Peskov membantah tuduhan yang menurutnya tidak berdasar tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, dia mengatakan, berita ini adalah pengalihan dari aksi mata-mata Amerika Serikat yang dibongkar Edward Snowden.
"kami tidak tahu dari mana sumber informasi ini. Jelas tujuannya tidak lain adalah mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya, yang mendominasi agenda antara negara Eropa dengan Washington, ke masalah yang sementara dan sebenarnya tidak ada," kata Peskov.
Aksi mata-mata memang tengah santer belakangan ini. Tidak lain karena terungkapnya penyadapan telepon jutaan orang, termasuk puluhan kepala negara di seluruh dunia oleh intelijen AS, NSA.
Hubungannya dengan Rusia? Pemerintah Moskow melindungi si pembocor rahasia intelijen AS itu, Snowden. Akibat bocoran Snowden, hubungan AS dengan berbagai negara mitra dan sekutunya retak. Rusia menolak menyerahkan Snowden ke tangan Amerika.
Bukan Hanya AS dan Rusia
Tidak hanya AS dan Rusia yang terbongkar aksi mata-matanya. Sebelumnya, Inggris dilaporkan telah menyadap percakapan telepon dan riwayat email delegadi di pertemuan G20 tahun 2009 lalu.
Penyelidikan soal perangkat mata-mata ini masih terus dilakukan oleh intelijen Jerman. Van Rompuy yang berasal dari Belgia juga memerintahkan para ahli intelijen di Brussels dan Bonn untuk menyelidiki alat tersebut.
Menurut diplomat Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya, hasil penyelidikan nanti akan menentukan apa respon resmi mereka terhadap Moskow.
Telegraph mengurai kembali laporan dua media Italia tersebut. Kantor berita ini mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa Rusia melakukan cara amatir dalam melakukan mata-mata. Dia menjelaskan, seorang diplomat yang terlatih tentu akan mencurigai barang-barang "gratis".
"Ini adalah kesalahan yang dilakukan anak sekolahan," kata diplomat itu.
Menanggapi tuduhan ini, pemerintahan Rusia kalang kabut. Juru bicara Kremlin Dmitri Peskov membantah tuduhan yang menurutnya tidak berdasar tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, dia mengatakan, berita ini adalah pengalihan dari aksi mata-mata Amerika Serikat yang dibongkar Edward Snowden.
"kami tidak tahu dari mana sumber informasi ini. Jelas tujuannya tidak lain adalah mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya, yang mendominasi agenda antara negara Eropa dengan Washington, ke masalah yang sementara dan sebenarnya tidak ada," kata Peskov.
Aksi mata-mata memang tengah santer belakangan ini. Tidak lain karena terungkapnya penyadapan telepon jutaan orang, termasuk puluhan kepala negara di seluruh dunia oleh intelijen AS, NSA.
Hubungannya dengan Rusia? Pemerintah Moskow melindungi si pembocor rahasia intelijen AS itu, Snowden. Akibat bocoran Snowden, hubungan AS dengan berbagai negara mitra dan sekutunya retak. Rusia menolak menyerahkan Snowden ke tangan Amerika.
Bukan Hanya AS dan Rusia
Tidak hanya AS dan Rusia yang terbongkar aksi mata-matanya. Sebelumnya, Inggris dilaporkan telah menyadap percakapan telepon dan riwayat email delegadi di pertemuan G20 tahun 2009 lalu.
Menurut laman The Guardian
Juni lalu, pada delegasi KTT G20 tersebut disadap oleh badan intelijen
komunikasi Inggris (GCHQ) pada April dan September 2009 lalu. Lagi-lagi
hal ini diungkapkan Snowden dalam sebuah dokumen yang diperolehnya
selama bekerja untuk NSA di Hawaii.
Operasi mata-mata Inggris dilakukan di kafe internet yang telah dilengkapi program penyadapan dan akses untuk memantau penggunaan komputer itu. Selain itu, GCHQ juta menyusup ke dalam sistem keamanan ponsel Blackberry yang dibawa setiap delegasi untuk mengawasi komunikasi surel dan telepon mereka.
Selain itu, Inggris juga telah menyiapkan 45 analis untuk menganalisa laporan langsung para agen mereka yang menyadap semua komunikasi para delegasi. Sasaran khusus mereka adalah Menteri Keuangan Turki saat itu, Mehmet Simsek dan 15 delegasi lainnya dalam partainya, dan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.
Kotoran Harimau dan Nenek-nenek
Baik Rusia, Amerika Serikat dan Inggris memang dikenal sebagai negara dengan aksi mata-matanya, apapun bantahan mereka. Menggunakan USB adalah cara modern. Beberapa tahun sebelumnya, cara yang digunakan adalah dengan menyamarkan alat mata-mata sebagai kotoran harimau atau batu.
Ini dilakukan AS saat Perang Vietnam, seperti dilansir The Guardian. Pemerintah AS melacak para Viet Cong menggunakan seismometer untuk mendeteksi gerakan musuh di hutan. Alat ini dibuat menyerupai kotoran harimau yang membaur dengan sekitarnya. Alat ini berhasil, karena tidak ada yang menyangka -atau memeriksa- kotoran yang menjijikkan.
Tahun 2006, Rusia menuduh Inggris telah memata-matai mereka menggunakan alat pendengar yang disamarkan sebagai batu yang terbuat dari plastik. Awalnya, tuduhan ini ditertawakan. Sampai laporan TV lokal merekam gambar seseorang yang memungut batu itu, atau menendangnya seperti bola. Orang ini diyakini adalah agen mata-mata Inggris.
Rusia juga sama saja. Begitu Estonia menyatakan merdeka dari Uni Soviet tahun 1991, KGB dilaporkan memasang alat penyadap di Viru, hotel terbesar di Tallinn. Atap hotel itu diketahui telah dipasang alat-alat mata-mata. Tidak hanya itu, penyadap juga ditemukan di pintu, dinding, bahkan piring.
KGB bahkan mempekerjakan nenek-nenek sebagai agen mata-mata. Tugasnya berjaga di setiap lantai, mencatat setiap orang yang lewat.
Operasi mata-mata Inggris dilakukan di kafe internet yang telah dilengkapi program penyadapan dan akses untuk memantau penggunaan komputer itu. Selain itu, GCHQ juta menyusup ke dalam sistem keamanan ponsel Blackberry yang dibawa setiap delegasi untuk mengawasi komunikasi surel dan telepon mereka.
Selain itu, Inggris juga telah menyiapkan 45 analis untuk menganalisa laporan langsung para agen mereka yang menyadap semua komunikasi para delegasi. Sasaran khusus mereka adalah Menteri Keuangan Turki saat itu, Mehmet Simsek dan 15 delegasi lainnya dalam partainya, dan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.
Kotoran Harimau dan Nenek-nenek
Baik Rusia, Amerika Serikat dan Inggris memang dikenal sebagai negara dengan aksi mata-matanya, apapun bantahan mereka. Menggunakan USB adalah cara modern. Beberapa tahun sebelumnya, cara yang digunakan adalah dengan menyamarkan alat mata-mata sebagai kotoran harimau atau batu.
Ini dilakukan AS saat Perang Vietnam, seperti dilansir The Guardian. Pemerintah AS melacak para Viet Cong menggunakan seismometer untuk mendeteksi gerakan musuh di hutan. Alat ini dibuat menyerupai kotoran harimau yang membaur dengan sekitarnya. Alat ini berhasil, karena tidak ada yang menyangka -atau memeriksa- kotoran yang menjijikkan.
Tahun 2006, Rusia menuduh Inggris telah memata-matai mereka menggunakan alat pendengar yang disamarkan sebagai batu yang terbuat dari plastik. Awalnya, tuduhan ini ditertawakan. Sampai laporan TV lokal merekam gambar seseorang yang memungut batu itu, atau menendangnya seperti bola. Orang ini diyakini adalah agen mata-mata Inggris.
Rusia juga sama saja. Begitu Estonia menyatakan merdeka dari Uni Soviet tahun 1991, KGB dilaporkan memasang alat penyadap di Viru, hotel terbesar di Tallinn. Atap hotel itu diketahui telah dipasang alat-alat mata-mata. Tidak hanya itu, penyadap juga ditemukan di pintu, dinding, bahkan piring.
KGB bahkan mempekerjakan nenek-nenek sebagai agen mata-mata. Tugasnya berjaga di setiap lantai, mencatat setiap orang yang lewat.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar