Puluhan mayat ditemukan berserakan di tengah gurun Sahara sebelah utara
Niger, kebanyakan wanita dan anak-anak. Mereka adalah para imigran yang
mati kehausan setelah mobil yang ditumpangi mogok.
Tim penyelamat, Almoustapha Alhacen, kepada Reuters,
Kamis 31 Oktober 2013, mengatakan bahwa ada 92 mayat yang terdiri dari
52 anak-anak, 33 wanita dan tujuh pria. Mereka ditemukan tersebar di
dekat perbatasan Aljazair, sekitar 160 km sebelah utara kota
pertambangan Arlit di utara Niger.
Beberapa dari mayat itu mulai
membusuk. Beberapa lainnya sudah tidak utuh, kemungkinan jadi santapan
anjing liar. Pemerintah Niger mengumumkan tiga hari berkabung mulai
Jumat ini.
"Ini pertama kalinya saya melihat hal seperti ini.
Saya tidak mengerti, apa yang dilakukan wanita dan anak-anak ini di
sini," kata Alhacen.
Diduga mereka adalah warga Niger yang
mencoba memasuki negara lain dengan cara ilegal. Sebanyak 19 orang dari
imigran gelap ini berhasil berjalan kaki ke Aljazair, dan langsung
direpatriasi ke Niger. Dua lainnya selamat setelah berjalan puluhan
kilometer di tengah Sahara yang panas, kembali ke kota Arlit.
Petugas
mengatakan, mereka pergi dengan dua truk dari Arlit menuju Tamanrasset
di Aljazair antara akhir September atau awal Oktober lalu. Salah satu
truk mogok, truk kedua putar balik untuk cari bantuan, tapi ikut mogok
juga.
Akhirnya, para penumpang terpaksa berjalan kaki di tengah
gurun terpanas di dunia itu. Wanita dan anak-anak tewas akibat kehausan.
Pemerintah Kenya memerintahkan untuk mengakhiri praktik imigran ilegal
semacam ini.
Kemiskinan dan kekeringan membuat banyak warga Niger
memilih pergi ke luar negeri. Aljazair dan Libya adalah pilihan utama,
beberapa pergi ke Eropa. CNN mencatat, sepanjang tahun ini, sudah lebih dari 32.000 orang Niger tiba di Eropa selatan dari Afrika.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar