Intelijen Indonesia ternyata pernah menyadap komunikasi militer
Australia. Setidaknya itulah pengakuan mantan Kepala Badan Intelijen
Negara (BIN), AM Hendropriyono.
Harian The Australian,
edisi Selasa (19/11/2013), mengutip pernyataan Hendropriyono dalam
wawancara dengan sebuah stasiun televisi Australia pada 2004. Dalam
wawancara itu, Hendropriyono mengaku bahwa BIN menyadap pembicaraan
telepon para politisi, petinggi militer, bahkan warga biasa Australia.
Hendropriyono
yang memimpin BIN di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri
mengatakan, sebenarnya saling menyadap komunikasi dilakukan kedua
negara, terutama di masa krisis Timor Timur.
"Kami ingin tahu apa
yang sebenarnya dibicarakan tentang Indonesia," kata Hendropriyono
kepada program berita Minggu stasiun televisi Australia, Nine, saat itu.
"Kami
bisa katakan ini adalah rahasia umum. Anda tahu, rahasia tapi semua
orang mengetahuinya. Ini adalah sebuah kegiatan intelijen biasa," tambah
Hendropriyono.
Hendropriyono menambahkan, dia sangat yakin
Australia juga melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. "Aneh jika
Australia tidak melakukan itu (penyadapan)," ujarnya.
Dalam
wawancara itu, Hendropriyono juga mengakui bahwa BIN pernah berupaya
merekrut mata-mata Australia untuk memasok informasi rahasia. Namun,
usaha itu tidak berhasil.
Hendropriyono kemudian mengatakan,
kegiatan saling menyadap itu dihentikan karena Australia dan Indonesia
saat ini menghadapi musuh yang sama, yaitu terorisme global.
Pernyataan
Hendropriyono ini bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Luar
Negeri Marty Natalegawa yang menyatakan bahwa Indonesia tidak pernah
menyadap komunikasi para pejabat Australia.
"Saya punya kabar
untuk Anda (PM Abbott). Kami tidak melakukannya (menyadap). Kami tidak
akan melakukannya terhadap sahabat kami," ujar Marty.
Pernyataan
Marty itu merupakan balasan terhadap pernyataan PM Australia Tony Abbott
yang mengklaim bahwa semua negara melakukan penyadapan terhadap negara
lain.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar