Menteri Luar Negeri,
Marty Natalegawa, mengaku tidak terlalu gusar dengan pernyataan yang
dilontarkan Perdana Menteri Tony Abbott dalam wawancara dengan Radio Fairfax pada Jumat, 6 Desember 2013.
Abbott menyebut Badan Intelijen Australia tidak akan berhenti memata-matai Indonesia.
Menurut Marty, saat diwawancarai Stasiun Berita Australia, ABC News, Jumat
6 Desember 2013, selama pengumpulan informasi intelijen yang dilakukan
oleh agen intel Australia sesuai dengan kerangka kerja formal, maka hal
itu tidak dipermasalahkan. Marty menilai tidak ada kesan inkonsisten
dari pernyataan Pemimpin Partai Liberal tersebut.
"Saya tidak
melihat adanya ketidakkonsistenan yang disampaikan oleh PM Abbott,
terkait pengumpulan informasi intelijen. Pengumpulan informasi merupakan
sesuatu yang dilakukan oleh kedua negara, namun harus dilakukan di
bawah kerangka kerjasama yang formal," ujar Marty.
Lagipula,
kata Marty, kedua negara memang sebelumnya telah memiliki kerjasama
pertukaran informasi intelijen yang dinamakan Traktat Lombok. Marty
menyebut aksi semacam ini masih dapat diterima ketimbang pengumpulan
informasi secara rahasia dan menggunakan fasilitas Gedung Kedutaan
mereka di Jakarta.
"Kerjasama intelijen formal disambut baik
oleh Indonesia, bahkan dibutuhkan. Namun, saat ini kerjasama itu masih
dihentikan. Hal yang tidak dapat kami terima, yaitu pengumpulan
informasi intelijen yang tak sesuai dengan koridor hukum dan melewati
teritori suatu negara," kata Marty.
Ditanya wartawan ABC News, apakah
Indonesia menilai bahwa Pemerintah Australia sepakat menghentikan aksi
spionase terhadap Indonesia, Marty menyebut hal itu sudah pasti.
"Tentu
saja, apa yang disampaikan oleh PM Abbott sesuai dengan komitmennya
bahwa Pemerintah Australia tak akan lagi menyakiti Indonesia, termasuk
dengan cara pengerahan sumber intelijen," tutur dia.
Bagi Indonesia, kata Marty, yang terpenting adalah membangun rasa saling percaya.
"Yang
kami prioritaskan sejak awal adalah tujuaannya. Bisa saja kedua pihak
membicarakan mengenai detail siapa yang melakukan apa. Namun, proses
pemulihan kepercayaan saya kira lebih penting," tuturnya.
Agen intel Indonesia pun disampaikan Marty secara konsisten beroperasi dengan prinsip menciptakan perdamaian dan kemitraan.
Dalam
kesempatan itu, Marty turut menyebut rasa penyesalan mendalam yang
disampaikan Menlu Julie Bishop ketika berkunjung ke Gedung Kementerian
Luar Negeri pada Kamis kemarin. Menurut Marty, penyesalan yang
disampaikan Bishop kali ini berbeda ketimbang yang disampaikan PM Abbott
di hadapan Parlemen Australia.
"Penyesalan kali ini tidak hanya
ditujukan kepada Presiden dan rakyat Indonesia, tetapi juga mengenai
peristiwa yang menyebabkan hubungan kedua negara ada di titik ini," kata
Marty.
Pemerintah Indonesia pun, menurut Marty, ingin segera
memperbaiki hubungan bilateral dengan Australia. Saat ini, keduanya
tengah menapaki langkah pertama dari enam langkah yang diajukan Presiden
SBY pada tanggal 26 November kemarin.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar