Amerika Serikat menjamin tidak menyadap Markas Besar Perserikatan Bangsa
Bangsa di New York. Janji itu terlontar setelah muncul laporan bahwa
Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mendapat akses ke sistem komunikasi
video PBB.
Menurut kantor berita Reuters, pihak PBB menghubungi pemerintah AS setelah majalah berita asal Jerman, Der Spiegel,
Agustus lalu mengabarkan bahwa NSA turut memantau markas besar
organisasi dunia itu, selain ke kantor-kantor pemerintah sejumlah
negara, termasuk para sekutu AS sendiri. Kabar ini dibocorkan Edward
Snowden, mantan kontraktor NSA yang kini berlindung di Rusia di tengah
ancaman penangkapan oleh AS karena mencuri rahasia negara.
"Sepengetahuan
saya, pihak berwenang AS telah menjamin bahwa komunikasi milik PBB
tidak dan tidak akan dipantau," kata juru bicara PBB, Martin Nesirky,
kepada para jurnalis di New York Rabu waktu setempat. Namun dia menolak
menjawab pertanyaan seorang jurnalis apakah AS sebelumnya telah menyadap
komunikasi PBB.
Seorang pejabat AS yang tidak mau disebut
namanya, pada hari yang sama, melontarkan pernyataan yang sama dengan
Nesirky. "AS tidak menjalankan pemantauan terhadap markas besar PBB di
New York," kata pejabat itu.
AS belakangan ini dikecam para
pemimpin mancanegara karena menjalankan aksi spionase di kantor-kantor
mereka. Penyadapan ke jaringan telepon dan Internet ini terbongkar
setelah Snowden pertengahan tahun ini membocorkan dokumen-dokumen
rahasia milik AS, yang kemudian dipublikasikan media massa
internasional.
Sejumlah pemimpin yang gusar atas kelakuan
intelijen AS itu termasuk Presiden Brazil, Kanselir Jerman, dan Presiden
Prancis. Padahal mereka selama ini merupakan sekutu dekat AS.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar