Laman Mirror, Jumat 29
November 2013 melansir informasi itu berhasil diperoleh polisi dari
pelaku pembunuhan, Simone Pepe. Pepe yang baru berusia 24 tahun, juga
sudah menjadi bos dan cukup disegani di kalangannya.
Pepe tak lagi bisa
mengelak karena polisi menyadap komunikasi teleponnya. Dia terdengar
membual di telepon ketika menjelaskan bagaimana Raccosta meminta tolong
ketika jadi santapan babi-babi itu.
"Sangat memuaskan mendengar dia berteriak. Mamma Mia dia ternyata bisa berteriak juga," ungkap Pepe di telepon.
Dia bahkan mengatakan tidak ada satu pun bagian tubuh Raccosta yang tersisa usai dimakan oleh babi-babi itu.
"Saya tidak melihat ada
yang tersisa. Orang mengatakan kadang, jika mereka makan, akan
meninggalkan sesuatu. Namun, tidak ada yang tersisa. Babi-babi ini jelas
tahu bagaimana cara makan," tambahnya lagi.
Usai ditangkap polisi,
Pepe mengakui sebagai dalang di balik aksi pembunuhan terhadap Raccosta.
Dia mengatakan, motif membunuh Raccosta sebagai bentuk balas dendam
atas kematian ketua geng mafia, Domenico Bonarrigo.
Menurut juru bicara
polisi, pertikaian di antara geng mafia sudah berlangsung sejak tahun
1950an silam dan telah menewaskan banyak orang. Namun, cara yang dipilih
Pepe untuk menghabisi korbannya sangat brutal.
"Dengan menjadikan
korbannya sebagai santapan babi, pelaku berpikir dirinya akan memperoleh
rasa hormat tidak hanya dari lawan, tetapi juga dari kelompoknya
sendiri," ungkap juru bicara tersebut.
Raccosta diketahui
menghilang pada Maret 2012 lalu bersama dengan rekan sesama mafia,
Carmine Putrino. Polisi menduga nasib Putrino setali tiga uang dengan
Raccosta.
Polisi kehilangan jejak
Raccosta saat menggeledah rumahnya di Calabria. Mereka mengetahui
Raccosta terbunuh awal bulan ini, ketika sedang menginvestigasi
organisasi mafia 'Ndrangheta selatan.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar