International Telecommunication User Group (INTUG) menilai penyadapan
terhadap jaringan telekomunikasi Indonesia akan terus terjadi selama
asing menguasai hampir 100 persen operator di Tanah Air.
Director
INTUG for Asia Pasific Muhammad Jumadi mengungkapkan operator yang
dimiliki asing sampai 100 persen sangat rentan melakukan penyadapan
karena pemerintah atau regulator telekomunikasi Indonesia tak bisa
mengontrolnya.
"INTUG selaku organisasi pelanggan telekomunikasi
sedunia memprotes keras terhadap penyadapan yang dilakukan pemerintah
Australia dan Amerika Serikat terhadap Indonesia dan negara lainnya di
dunia, khususnya Asia Pasifik," tegasnya kepada merdeka.com, Senin
(18/11).
Menurut dia, pemerintah seharusnya sadar dan jangan
setelah ada kejadian ini baru sadar, bahwa frekuensi merupakan sumber
daya yang terbatas, dan seharusnya dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, sesuai dengan UUD 1945, jangan malah dibagi-bagikan
ke asing.
Jumadi yang juga Sekjen Indonesia Telecommunication
User Group (IDTUG) itu mendesak pemerintah untuk mengevaluasi
kepemilikan asing di industri telekomunikasi melalui revisi daftar
negatif investasi (DNI) agar kejadian penyadapan tidak terulang lagi.
Terkait
dengan penyadapan, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga telah
melontarkan penyesalan dan protes terhadap pemerintah Australia.
Seperti
diketahui, menurut The Guardian, sebagaimana mendapat informasi dari
mantan analis NSA, Edward Snowden, dokumen yang dibuat pada November
2009, mengatakan, Presiden RI dan sembilan orang dekat lainnya menjadi
target penyadapan, termasuk Wakil Presiden Boediono dan Ibu Negara Ani
Yudhoyono.
Materi penyadapan yang terungkap dan mendapat tanda
sangat rahasia ini memperlihatkan kegiatan Direktorat Hubungan
Pertahanan (Defence Signal Directorate) dan Kementerian Pertahanan
Australia. DSD bertugas memblokir atau menyadap hubungan ponsel
berteknologi 3G. Materi tersebut juga memperlihatkan dokumen berjudul
Indonesian President Voice Intercept yang dibuat Agustus 2009. Serta
materi lain berjudul IA Leadership Targets + Handsets.
Materi
kedua memperlihatkan mereka berusaha menyadap ponsel SBY dan Ani merek
Nokia E90-1s dan Blackberry Bold 9000 milik Boediono. Target lainnya
adalah mantan jubir luar negeri SBY, Dino Patti Djalal dan Menko
Perekonomian, Hatta Radjasa. Data yang didapat merekam telepon dan
menyadap SMS.
Sedangkan pada list 'IA Leadership Targets'
terdapat nama, Jusuf Kalla, mantan menteri keuangan Sri Mulyani
Indrawati dan mantan jubir Presiden SBY yang juga mantan menteri pemuda
dan olahraga, Andi Mallarangeng, mantan panglima TNI Widodo AS, mantan
Menteri Negara BUMN dan Menkominfo Sofyan Djalil.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar