Senin, 18 November 2013

INTUG: Selama operator didominasi asing, penyadapan lanjut terus

International Telecommunication User Group (INTUG) menilai penyadapan terhadap jaringan telekomunikasi Indonesia akan terus terjadi selama asing menguasai hampir 100 persen operator di Tanah Air.

Director INTUG for Asia Pasific Muhammad Jumadi mengungkapkan operator yang dimiliki asing sampai 100 persen sangat rentan melakukan penyadapan karena pemerintah atau regulator telekomunikasi Indonesia tak bisa mengontrolnya.

"INTUG selaku organisasi pelanggan telekomunikasi sedunia memprotes keras terhadap penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia dan Amerika Serikat terhadap Indonesia dan negara lainnya di dunia, khususnya Asia Pasifik," tegasnya kepada merdeka.com, Senin (18/11).

Menurut dia, pemerintah seharusnya sadar dan jangan setelah ada kejadian ini baru sadar, bahwa frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas, dan seharusnya dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai dengan UUD 1945, jangan malah dibagi-bagikan ke asing.

Jumadi yang juga Sekjen Indonesia Telecommunication User Group (IDTUG) itu mendesak pemerintah untuk mengevaluasi kepemilikan asing di industri telekomunikasi melalui revisi daftar negatif investasi (DNI) agar kejadian penyadapan tidak terulang lagi.

Terkait dengan penyadapan, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga telah melontarkan penyesalan dan protes terhadap pemerintah Australia.

Seperti diketahui, menurut The Guardian, sebagaimana mendapat informasi dari mantan analis NSA, Edward Snowden, dokumen yang dibuat pada November 2009, mengatakan, Presiden RI dan sembilan orang dekat lainnya menjadi target penyadapan, termasuk Wakil Presiden Boediono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Materi penyadapan yang terungkap dan mendapat tanda sangat rahasia ini memperlihatkan kegiatan Direktorat Hubungan Pertahanan (Defence Signal Directorate) dan Kementerian Pertahanan Australia. DSD bertugas memblokir atau menyadap hubungan ponsel berteknologi 3G. Materi tersebut juga memperlihatkan dokumen berjudul Indonesian President Voice Intercept yang dibuat Agustus 2009. Serta materi lain berjudul IA Leadership Targets + Handsets.

Materi kedua memperlihatkan mereka berusaha menyadap ponsel SBY dan Ani merek Nokia E90-1s dan Blackberry Bold 9000 milik Boediono. Target lainnya adalah mantan jubir luar negeri SBY, Dino Patti Djalal dan Menko Perekonomian, Hatta Radjasa. Data yang didapat merekam telepon dan menyadap SMS.

Sedangkan pada list 'IA Leadership Targets' terdapat nama, Jusuf Kalla, mantan menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati dan mantan jubir Presiden SBY yang juga mantan menteri pemuda dan olahraga, Andi Mallarangeng, mantan panglima TNI Widodo AS, mantan Menteri Negara BUMN dan Menkominfo Sofyan Djalil.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar