Senin, 25 November 2013

Kevin Rudd Dianggap Paling Tepat Damaikan Konflik RI-Australia

Wakil Pemimpin kelompok Oposisi, Tanya Plibersek, mengatakan mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, bisa membantu mendamaikan konflik diplomatik yang kini tengah membelit Indonesia dengan Australia.

Namun Plibersek tak yakin apakah Rudd bersedia membantu. Mengingat, pada tanggal 13 November kemarin, Kevin Rudd sudah mengundurkan diri dari anggota parlemen.

Laman news.com.au, Minggu 24 November 2013 melansir, keputusan Plibersek merekomendasikan nama Rudd, lantaran saat aksi spionase itu terjadi di tahun 2009 silam, Rudd lah yang menjabat sebagai Perdana Menteri.

"Pejabat senior Australia mana pun seperti Kevin Rudd, yang dulunya pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dan mantan Menlu, apabila mereka memiliki hubungan pribadi dengan pejabat senior Indonesia, maka tidak akan berbahaya jika berdiskusi mengenai hal pribadi," ungkap Plibersek.

Ditanya mengenai surat balasan yang dikirim oleh Abbott kepada Presiden SBY, Plibersek mengaku tidak mengetahui isi surat itu. Namun, jawabannya akan segera terkuak.

"Apabila kerjasama di antara kedua negara kembali normal, maka kita semua akan tahu bahwa isi surat balasan itu sukses," kata dia.

Sikap Abbott yang pernah menolak meminta maaf di hadapan Parlemen, kata Plibersek, tidak akan membantu memulihkan kerjasama di antara kedua negara kembali normal.

"Namun, saya yakin bahwa hubungan di antara kedua negara akan kembali normal, namun kami harus melakukan upaya tersebut secara cepat," kata dia.

Keyakinan itu juga diungkap Menteri Luar Negeri Julie Bishop. Dia menyebut hubungan bilateral di antara kedua negara yang telah terjalin selama 68 tahun terlalu berharga jika harus hancur karena konflik diplomatik ini.

"Kami harus menghadapi tantangan ini dan terus mempertahankan hubungan kedua negara. Perdana Menteri telah menjawab surat Presiden SBY dan saya berharap surat tersebut akan membantu dalam proses pembangunan hubungan itu," ucapnya seperti dilansir laman The Australia. 

Bishop mengaku telah berkomunikasi dengan Menlu Marty Natalegawa sejak skandal spionase ini terbongkar. Dia kembali menegaskan tidak akan ada komentar lebih jauh terkait masalah intelijen di depan publik.

"Ini merupakan hubungan yang paling penting yang kami miliki dan Pemerintahan Abbott telah memutuskan akan terus memastikan tantangan macam apa pun yang kini dihadapi, akan kami atasi," ujarnya.

Bishop lantas menyebut berdasarkan hasil audit terbaru, di antara kedua negara terdapat 60 proyek besar yang kini masih berjalan.

"Mulai dari bidang pendidikan, perdagangan, pertanian, lingkungan, kerjasama ilmu penelitian, polisi, pertahanan. Anda bisa sebutkan semua. Dengan beragam departemen, kami memiliki hubungan yang mendalam," tutur dia.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar