Jumat, 01 November 2013

PM Abbot Klaim Badan Intelijen Australia Tak Langgar Hukum

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan kepada media pada Kamis, 31 Oktober 2013 bahwa Badan dan Agen Intelijen negaranya selalu bertindak sesuai dengan koridor hukum. Pernyataan itu dilontarkan Abbott untuk menjawab pemberitaan yang menyebut Australia
menggunakan gedung Kedutaan dan Konsulatnya di beberapa negara Asia untuk menyadap.

Menurut laman Guardian, Abbott enggan mengomentari lebih jauh terkait isu intelijen, karena dianggap bertentangan dengan aturan yang sudah lama dipegang para pejabat publiknya. "Hal yang ingin saya sampaikan yakni setiap badan Pemerintah Australia bertugas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, dia menjamin kepada publik bahwa tidak ada satu pun badan atau pejabatnya yang bertindak di luar jalur hukum.

"Saya tidak akan mengomentari apa pun terkait detail aktivitas terkait dengan organisasi intelijen di negara kami. Hal itu sudah menjadi cara kami sejak lama," kata dia.

Isu adanya pos penyadapan di dalam Gedung Kedutaan dan Konsulat Jenderal Australia di beberapa negara di Asia termasuk Indonesia, dimuat oleh Sydney Morning Herald (SMH) pada Kamis kemarin. Bahkan menurut seorang sumber SMH, Kedubes Australia di Jakarta memainkan peranan penting dalam mengumpulkan data intelijen terkait potensi ancaman teroris dan penyelundupan manusia.

Menanggapi pemberitaan itu, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, dipanggil menghadap Sekretaris Jenderal Kemlu, Budi Bowoleksono pada Jumat pagi tadi. Keberadaan Moriarty di Pejambon hanya berlangsung kurang dari 20 menit.

Dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Jumat 1 November 2013 menyebut tujuan Moriarty datang ke Kemlu tadi pagi karena ingin membahas soal keprihatinan Indonesia mengenai laporan media tentang kegiatan intelijen Australia.

"Saya menyimak dengan baik masalah yang diutarakan dan akan memberikan laporan ke Pemerintah Australia," kata dia.

Moriarty enggan mengomentari lebih jauh isi pertemuannya dengan Bowo. Respon serupa juga disampaikan Bowo ketika dihubungi VIVAnews melalui sambungan telepon di hari yang sama.

"Kalau terkait pertemuan dengan Dubes Australia, lebih baik ditanyakan saja langsung kepada Michael Tene (Juru Bicara Menlu). Semua data-data sudah saya serahkan kepada beliau," kata Bowo.

Sementara dari Perth. Australia, Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, menyampaikan keprihatinan mendalam apabila Australia benar-benar melakukan apa yang dilaporkan oleh media. Menurut dia, masalah utama dari pemberitaan bukanlah sebuah negara yang memiliki kapasitas untuk melakukan aksi spionase.

"Ini terutama menyangkut masalah saling percaya, bukan?" tegasnya.

"Suatu negara mungkin memiliki kemampuan teknis untuk menyadap dan mungkin sudah mendapatkan banyak informasi. Namun ongkosnya dari sisi hilangngnya rasa saling percaya, ini yang saya kira perlu dipikirkan," kata Menlu Marty lagi seperti dikutip laman ABC News.

Dia mengaku telah menyampaikan permasalahan itu kepada Menlu Australia, Julie Bishop.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar