Minggu, 22 Desember 2013

Intelijen AS dan Inggris Mata-matai Pemimpin Israel

Dokumen milik mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Edward J. Snowden, kembali mengungkap fakta baru. Dokumen itu menyebut Badan Intelijen Inggris (GCHQ) pernah memata-matai mantan Perdana Menteri Israel dan pejabat senior Israel lainnya.

Dailymail, Minggu 22 Desember 2013, melansir informasi ini diperoleh dari dokumen internet (cache files) yang dirilis Snowden. Di situ, tertulis bahwa agen GCHQ pernah menargetkan memata-matai isi surat elektronik milik Ehud Olmert ketika masih menjabat sebagai PM Israel.

Dalam beraksi, GCHQ turut dibantu oleh agen NSA. Bersama-sama, mereka juga membidik komunikasi mantan mantan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan Kepala Stafnya Yoni Koren. Olmert dimata-matai pada Januari 2009, sedangkan komunikasi Barak dan Koren diintai pada bulan selanjutnya.

Dua gedung Kedutaan Besar Israel juga menjadi target penyadapan. Namun tidak disebutkan di mana lokasi gedung Kedubes yang dijadikan target tersebut.

Dokumen Snowden tersebut telah dilihat oleh tiga media, yaitu harian Inggris The Guardian, harian AS The New York Times, dan majalah Jerman Der Spiegel. Kepada NYT akhir pekan lalu, Olmert mengatakan alamat surel yang diduga disadap GCHQ memang digunakan untuk berkirim surel dengan kantornya.

Namun informasi yang beredar di dalam akun Olmert itu, menurut dia tidak mengandung sedikitpun informasi rahasia. Masalah sensitif dibicarakan secara privat dan tidak melalui surel.

“Upaya penyadapan tidaklah mengejutkan. Saya baru terkejut apabila agen intelijen AS di Israel berusaha menyadap komunikasi telepon perdana menteri,” kata Olmert.

Sementara Ehud Barak menolak berkomentar mengenai terungkapnya pemberitaan ini. Namun dia terkesan menganggap enteng penyadapan terhadapnya.

Organisasi internasional disadap

Organisasi internasional pun turut menjadi target penyadapan bersama NSA dan GCHQ antara tahun 2008 dan 2011. Mereka yang menjadi target adalah pejabat senior Uni Eropa, PBB, dan Dokter Tanpa Batas (Médecines du Monde) – organisasi medis asal Prancis yang kerap mengirimkan dokter ke lokasi perang.

Juru Bicara Komisi Uni Eropa mengatakan, aksi agen intel itu tak dapat diterima. Mereka pun mengutuk keras aksi penyadapan tersebut. “Ini bukan sikap yang kami harapkan dari negara yang mengaku sebagai mitra strategis,” kata dia.

Mereka kesal lantaran Wakil Presiden Komisi UE, Joaquín Almunia, yang memiliki kekuasaaan dalam menentukan kebijakan turut menjadi target penyadapan.

Sementara Direktur Eksekutif organisasi Dokter Tanpa Batas, Leigh Daynes, bingung karena organisasinya jadi target penyadapan. “Para dokter, suster, dan bidang kami sama sekali bukan ancaman nasional. Sama sekali tidak ada alasan apabila operasi kami secara diam-diam dipantau,” kata Daynes.

Perwakilan GCHQ menolak berkomentar soal terkuaknya informasi ini.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar