Kamis, 19 Desember 2013

Prediksi Teror di 2014, BNPT: Teroris Punya Kepentingan Politik

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memprediksi ancaman teror di tahun 2014 – tahun politik saat Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dilaksanakan. Potensi teror tak bisa disepelekan karena kelompok teroris menjadikan demokrasi sebagai musuh mereka.

“Sejak tahun 2009 para teroris sudah mempunyai kepentingan politik. Sebelum itu, tidak. Kemungkinan aksi terorisme di tahun politik itu ada,” kata Kepala BNPT Ansyaad Mbai dalam diskusi ‘Catatan Akhir Tahun Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme, serta Antisipasi Potensi  Radikal Terorisme di Tahun Politik 2014’ di Cikini, Jakarta, Kamis 19 Desember 2013.

Ansyaad mengatakan, teroris mulai punya kepentingan politik mulai tahun 2009. Presiden SBY pun pernah secara langsung menyampaikan aksi kelompok teroris yang mengancam dia. Paska terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya, foto SBY dijadikan target sasaran tembak kelompok teroris.

“Yang disampaikan Presiden itu betul. Foto (SBY jadi) sasaran tembak itu didapat dari penyitaan di kamp pelatihan teroris. Anehnya, waktu di-publish malah jadi polemik lain. Padahal kalau di luar negeri masyarakat marah jika presidennya dijadikan sasaran tembak teroris,” ujar Ansyaad.

Dari catatan BNPT, aksi terorisme terakhir yang berkaitan dengan politik adalah rencana pembunuhan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. “Beliau lolos dari upaya pembunuhan. Teroris lempar bom, beliau bisa lolos,” kata Ansyaad.

Indikasi lain dari dugaan teror ini adalah jumlah penembakan terhadap anggota polisi selama tahun 2013. Aksi penembakan polisi oleh teroris paling menonjol sepanjang tahun ini dibanding aksi teror lain seperti pengeboman dan perampokan untuk mencari dana bagi kamp pelatihan teroris di Poso.

“Polisi kan dianggap simbol negara. Mereka yang dianggap paling dekat dan paling menghalangi aksi teroris. Makanya mereka dijadikan target sasaran terbuka,” kata Ansyaad.

Menurutnya, sistem demokrasi masih menjadi musuh utama bagi kelompok radikal. Ini karena bagi mereka, demokrasi sama dengan menentang kuasa Tuhan. “Tidak ada manusia yang berdaulat, hanya Tuhan yang diwakili Khalifah,” ujar Ansyaad.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar