Penyadapan ponsel Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berserta sejumlah menteri oleh badan intelijen Australia terbongkar.
Dengan
perkembangan teknologi saat ini, Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) Nonot Harsono, Selasa 19 November 2013 mengatakan
memunculkan berbagai cara untuk menyadap ponsel.
"Kalau dengan perkembangan saat ini, makin bisa di-remote," ujar Nonot kepada VIVAnews, hari ini, 19 November 2013.
Ia
mengatakan, salah satu skema konvensional penyadapan ponsel yakni
dengan menaruh BTS kamuflase di sekitar ponsel korban. Misalnya, penegak
hukum dalam memburu target menggunakan BTS palsu dalam bentuk koper
atau lainnya dalam bentuk yang tidak terduga.
"Ponsel kan
mengirimkan gelombang radio ke BTS melalui udara di sekitarnya. Nah, BTS
kamuflase ini akan menangkap dan kemudian mengambil informasi
pembicaraan ponsel," jelas dia.
Nonot melanjutkan, cara
konvensional lain yakni melalui pemasangan penyadap melalui operator
telekomunikasi. Ia mengatakan, demi penegakan hukum, tiap operator wajib
memasang penyadap dan hanya diperbolehkan membuka bila diminta oleh
pengak hukum.
"Jaringan telepon dari rumah ke rumah atau ponsel itu terpusat ke jaringan yang namanya sentral telepon. Di situ ada interspace penyadapan," paparnya.
Sedangkan,
skema canggih penyadapan saat ini bisa menggunakan peranti lunak. Nonot
menyadari bahwa praktek penyadapan oleh intelijen asing tentu sangat
rapi dan rahasia, banyak yang tak menyadarinya.
"Mereka yang di
luar juga bisa menyewa bandwidth, kemudian operator membuka jaringan
virtual ke sana (pusat intelijen) atau berpura-pura sewa saluran untuk
jadi ISP," kata dia.
Terkait dengan hal ini, Nonot menyamakan
dengan kekhawatiran permintaan pemerintah RI terkait pusat data
BlackBerry yang masih terdapat di luar negeri.
"Semua server (BlackBerry) di luar negeri. Seluruh komunikasi dapat dibaca mereka. Kan mereka yang generate kodenya," ujarnya.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar