Tidak hanya kelompok hacker baik yang sudah memiliki nama atau yang belum dan juga para peretas individu, mulai melancarkan serangan secara membabi-buta (pada awalnya) setelah tanggal dan waktu yang ditentukan untuk menyerang situs-situs Australia 'dibuka untuk umum.'
Banyak website umum yang tidak tahu apa-apa bertumbangan dengan deface atau juga serangan DDoS dari para hacker Indonesia. Untuk itu, Anonymous Australia mengatakan agar hacker Indonesia menghentikan serangan ke situs umum dan lebih fokus ke website pemerintahan.
Dari serangan-serangan yang dilakukan, tidak sedikit orang yang mengatakan hal tersebut adalah sebuah perang cyber atau cyberwar antara Indonesia dengan Australia.
Namun, salah seorang hacker handal dan yang namanya terkenal sampai tingkat dunia, Jim Geovedi, justru mengatakan bahwa banyak pihak yang kurang memahami dalam mempersepsikan arti dari cyber war itu sendiri.
Dia mengatakan dalam account Twitternya tertanggal 14 November lalu yaitu, cyberwar bukanlah sebuah perang yang nyata. Deklarasi dari perang cyber tersebut ditentukan oleh seorang pemimpin negara, bukan diputuskan oleh sekelompok anak-anak yang kurang jelas asal usulnya walaupun mereka bertindak mengatasnamakan negara.
Jim juga menjelaskan bahwa cyberwar itu
sangat terkordinasi, secara sistematis akan menyerang komputer, jaringan
komunikasi, database dan media.
Tentunya apa yang dikatakan Jim tersebut beralasan, karena tidak sedikit para hacker yang ikut merontokkan situs-situs Australia ini masih banyak yang berusia belasan dan hanya ingin show-off akan kemampuan mereka melakukan hacking dan defacing serta tidak tahu pasti apa yang dinamakan cyberwar dan apa maksud diberlakukannya cyberwar itu.
Tentunya apa yang dikatakan Jim tersebut beralasan, karena tidak sedikit para hacker yang ikut merontokkan situs-situs Australia ini masih banyak yang berusia belasan dan hanya ingin show-off akan kemampuan mereka melakukan hacking dan defacing serta tidak tahu pasti apa yang dinamakan cyberwar dan apa maksud diberlakukannya cyberwar itu.
Sebuah contoh adalah ketika seorang pemilik
account Twitter dari Indonesia yang mengancam pemilik account Twitter
bernama @Op_Australia.
Dalam ancamannya, dia mengatakan bahwa Indonesia dan Australia sedang dalam posisi cyberwar dan dia beserta teman-temannya akan menghancurkan semua jaringan internet di Negeri Kangguru tersebut.
Sang pemilik account Twitter dari Indonesia tersebut mencoba berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris yang kacau balau. Tentu saja, sang pemilik account Twitter @Op_Australia terkesan malah memancingnya untuk lebih menunjukkan kebodohannya sendiri.
Ketika merdeka.com mencoba menelusuri dan mencari tahu siapa pemilik account tersebut, ternyata dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dalam ancamannya, dia mengatakan bahwa Indonesia dan Australia sedang dalam posisi cyberwar dan dia beserta teman-temannya akan menghancurkan semua jaringan internet di Negeri Kangguru tersebut.
Sang pemilik account Twitter dari Indonesia tersebut mencoba berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris yang kacau balau. Tentu saja, sang pemilik account Twitter @Op_Australia terkesan malah memancingnya untuk lebih menunjukkan kebodohannya sendiri.
Ketika merdeka.com mencoba menelusuri dan mencari tahu siapa pemilik account tersebut, ternyata dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar