Selasa, 19 November 2013

Tony Abbott Perlu Tiru Cara Obama Atasi Skandal Penyadapan

Skandal penyadapan membuat hubungan Australia dan Indonesia tegang. Pemimpin Partai Buruh, Bill Shorten, menyarankan agar Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, meniru cara yang digunakan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, dalam menghadapi isu penyadapan terhadap telepon Kanselir Jerman, Angela Merkel.

Ketika ditelepon oleh Merkel, Obama memastikan bahwa Badan Intelijen AS (NSA) tidak akan lagi menyadap komunikasi pribadi Merkel. Obama juga meminta maaf kepada Merkel di telepon dan mengatakan tidak tahu NSA telah menyadap telepon Pemimpin Partai Demokratik Kristen (CDU).
Paling tidak, kata Shorten, cara ini bisa meredam sedikit kemarahan Jakarta atas terbongkarnya skandal praktik intelijen Negeri Kanguru, demikian dikutip dari laman Harian Sydney Morning Herald (SMH), Selasa 19 November 2013.

Namun, Abbott memiliih cara lain, yakni menolak minta maaf. Di hadapan anggota parlemen pada Senin kemarin, dia menyatakan Pemerintah Australia tidak akan meminta maaf terkait aksi pengumpulan informasi yang dilakukan Badan Intelijen Negeri Kanguru (DSD). Abbott malah mendukung apa pun yang sudah dilakukan rezim sebelumnya dan saat ini untuk terus mengumpulkan informasi demi kepentingan nasional Australia.

Namun, kendati Abbott telah menolak meminta maaf, Staf Khusus Bidang Hubungan Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, menyebut pernyataan Abbott itu ditujukan hanya kepada publik Australia. Presiden SBY, lanjut Faiz, tetap membutuhkan penjelasan resmi.

"Kami, tetap membutuhkan sebuah penjelasan resmi. Respons yang formal," ujarnya.

Menurut Faiz, sangat tidak disarankan apabila penjelasan yang diberikan kali ini oleh Pemerintah Australia hanya dengan kalimat tidak membenarkan, namun tidak juga membantah.

"Jadi kami masih terus menanti. Masalahnya yang dijadikan taruhan adalah hubungan strategis di antara kedua negara yang sudah dibangun selama ini," imbuh Faiz.

Presiden SBY sebelumnya telah memerintahkan Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, untuk menarik Duta Besar Indonesia di Canberra, Nadjib Riphat Kesoema, pada Senin kemarin. Ditemui di Bandara Internasional Canberra oleh media pada Selasa ini, Nadjib mengaku pulang sendiri tanpa didampingi keluarga.

Dia akan menjelaskan kepada Presiden SBY soal hubungan Indonesia dengan Australia. Nadjib juga mengaku tidak tahu hingga berapa lama akan tinggal di Indonesia.

"Menlu telah memberikan sebuah pernyataan di Jakarta dan saya rasa itu telah cukup menggambarkan posisi Indonesia," ujar Nadjib seperti dilansir laman The Australia.
Sementara itu, penasihat dekat Presiden SBY, Daniel Sparringa, mengatakan luka yang ditorehkan ini hanya dapat disembuhkan jika Pemerintah Negeri Kanguru menunjukkan niat baik untuk mengakhiri isu itu. Selain itu, Pemerintah Australia juga perlu untuk berjanji bahwa aksi serupa tidak akan terulang kembali.



[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar