Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan pemimpin beberapa negara Eropa
mengancam tak hadir pada pertemuan tingkat tinggi G8 di Sochi, jika
Rusia tetap melakukan agresi di Ukraina. Keputusan itu disampaikan Obama
melalui telepon saat menghubungi Presiden Vladimir Putin selama 90
menit, Sabtu 1 Maret 2014.
Dalam pembicaraan itu, seperti dilansir dari stasiun berita Channel News Asia,
Obama menyatakan keprihatinannya soal laporan Rusia berniat menginvasi
Kota Crimea, Ukraina. Untuk menjelaskan sikapnya itu, menurut pejabat
senior di Gedung Putih, Obama memutuskan tampil secara mendadak di ruang
briefing.
Pasalnya, Washington mengaku memiliki bukti
bahwa tentara Moskow terlibat aktif di Ukraina. Pejabat Ukraina menyebut
tentara dengan bersenjata lengkap dan tanpa bendera yang menunjukkan
identitas asal negara, tiba di Crimea dan terlihat ada di sekitar
beberapa gedung pemerintahan. Mereka juga terlihat di Bandara
Simferopol.
Bahkan seorang pejabat tinggi lainnya menyebut,
sudah ada 2.000 pasukan Rusia yang tiba di kota Crimea. Berdasarkan
laporan itu, Ukraina dan AS menduga Rusia melakukan agresi secara
terang-terangan.
"Kami kini merasa sangat prihatin dengan adanya
laporan pergerakkan militer yang dilakukan oleh Federasi Rusia di dalam
Ukraina," ungkap Obama saat memberikan keterangan pers.
Dia pun
menyadari bahwa Rusia memiliki ketertarikan, hubungan ekonomi, dan
budaya dengan Ukraina. Selain itu, Obama mengetahui bahwa Rusia memiliki
sebuah fasilitas militer di kota Crimea, sebuah teritori yang
diserahkan ke Republik Soviet Ukraina oleh Uni Soviet pada tahun 1954
silam.
Obama mengatakan pelanggaran terhadap kedaulatan dan
integritas wilayah Ukraina akan menimbulkan ketidakstabilan. "AS bersama
masyarakat internasional akan tetap bertahan untuk menegaskan selalu
akan ada konsekuensi atas invertensi militer di Ukraina," kata dia.
Seorang
pejabat senior di AS kemudian mengartikan "konsekuensi" itu termasuk
sebuah keputusan Obama dan para pemimpin top Eropa lainnya untuk batal
hadir di konferensi tingkat tinggi G8 di kota industri Sochi, pada bulan
Juni mendatang. Konsekuensi lainnya kemungkinan terkait dengan
perdagangan dan konsesi komersial yang kini tengah dinantikan oleh
Kremlin.
Obama turut memperingatkan bahwa intervensi militer
Rusia di Ukraina malah akan menambah masalah, yang justru seharusnya
diselesaikan sendiri oleh warga Ukraina. Selain Obama, Menteri Luar
Negeri John Kerry, juga telah menghubungi Menlu Rusia Sergei Lavrov
untuk kali keempat dalam tujuh hari terkait konflik di Ukraina.
Perwakilan
AS di PBB, Samantha Power turut menyerukan adanya mediasi internasional
di Crimea dan meminta agar Rusia segera menarik pasukan dari sana.
"Mereka
juga harus menahan diri dan membiarkan warga Ukraina memperoleh
kesempatan untuk membentuk pemerintahan mereka sendiri dan menciptakan
takdir mereka sendiri tanpa adanya intimidasi atau ketakutan," kata
Power.
Sebelumnya kubu Kremlin menyebut alasan mereka
mengerahkan tentara militer, yakni melindungi kepentingan Rusia di
Ukraina. Selain itu, Rusia ingin melindungi warga negara mereka yang
masih banyak berdomisili di Ukraina Timur, wilayah yang berbatasan
dengan Crimea.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar