Sejak pertama kali digunakan 21 tahun lalu,
domain .id selalu digunakan dengan prefix, co.id, web.id dan
sebagainya. Kini prefix tersebut bisa dihilangkan.
Mulai 17
Agustus ini publik bisa langsung menggunakan domain .id tanpa tambahan
ekstensi di depannya. Ini artinya, .id bisa digunakan sebagai domain
tingkat tinggi (DTT), atau yang populer disebut 'apapun.id'.
"Ini
hadiah kami untuk ulang tahun Republik Indonesia ke-69. Selama ini
domain.id hanya dapat digunakan sebagai domain tingkat dua (DTD),
menggunakan tambahan ekstensi di depannya seperti co.id, web.id, sch.id
dan lainnya," ujar Ketua Umum Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI),
Andi Budimansyah, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu 17 Agustus
2014.
Menurut Andi, setidaknya ada 11 domain .id tingkat dua yang
dapat digunakan sesuai peruntukannya masing-masing. Sebelas DTD .id itu
adalah co.id, web.id, or.id, sch.id, ac.id, net.id, biz.id, my.id,
desa.id, go.id, dan mil.id. Dengan DTT ini artinya, pengguna bisa
menghilangkan prefix di depan .id menjadi 'apapun.id' bukan
'apapun.co.id'.
Sebelum dirilis, PANDI sendiri telah melakukan
tahapan penyebaran 'apapun.id'. Pertama adalah periode Sunrise, yang
ditujukan bagi para pemegang merek. Pada periode yang berlangsung 20
Febuari hingga 17 April 2014 ini tercatat 815 nama domain telah
didaftarkan.
"Pada periode berikutnya, kami sebut periode
GrandFather, sekitar 21 April sampai 13 Juni 2014. Dalam periode itu,
911 nama domain telah terdaftar. Di periode ini kami peruntukkan bagi
pemilik domain .id tingkat dua," papar dia.
Berikutnya adalah
periode Landrush, yang berlangsung sejak 16 Juni hingga 15 Agustus.
Periode ini diperuntukkan bagi masyarakat umum. Selama periode itu,
setidaknya 3.065 nama domain telah terdaftarkan.
"Mulai hari
ini, domain 'apapun.id' dapat didaftarkan pada semua registrar PANDI dan
reseller-reseller-nya. Saat ini sudah masuk tersedia untuk umum dan
dapat didaftarkan dengan prinsip pendaftar pertama, first come first
serve," ujar Andi.
Domain ID versus COM
Untuk
mendapatkan domain 'apapun.id', pengguna diharuskan merogoh kocek
sekitar Rp500 ribu per tahun. Diharapkan sampai akhir tahun ada
setidaknya 5.000 sampai 10.000 domain .id yang baru.
Jumlah
domain .id memang belum terlalu banyak dibanding .com. Hal ini, menurut
PANDI, karena belum terlalu aware-nya masyarakat terhadap domain ID ini,
ditambah persyaratan kepemilikannya yang dianggap cukup rumit oleh
sebagian pengguna.
"Padahal website dengan domain .id lebih aman
untuk pengguna karena bisa ditelusuri siapa pemiliknya. Berbeda dengan
.com. Lihat saja kasus situs berita palsu yang cukup sulit dilacak siapa
pemiliknya. Jika menggunakan domain .id, pasti kejahatan seperti itu
bisa diminimalisir," kata Ketua Bidang Sosialisasi dan Komunikasi PANDI,
Sigit Widodo.
Memang, penggunaan domain .id memiliki beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya, menyerahkan kartu identitas
untuk menyamakan nama pemesan domain dengan nama pemiliknya jika
digunakan untuk kepentingan individu. Sedangkan untuk perusahaan,
persayaratan domain .id membutuhkan keabsahan data dan surat perusahaan.
Hal inilah yang dianggap terlalu rumit. Masyarakat lebih memilih
menghindari persyaratan tersebut ketimbang menghindari kemungkinan
kejahatan yang bisa ditimbulkan.
"Kami berharap, domain
'apapun.id' dapat meningkatkan penggunaan nama domain.id di Indonesia.
Kami juga tetap menyediakan beragam nama domain tingkat dua yang biaya
tahunannya sangat murah," ujar Andi.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar