Tantangan dunia bisnis enterprise melibatkan
pengelolaan data besar yang didominasi data tak terstruktur. Padahal
jika mampu mengelola data tak terstruktur, maka data itu bisa
meningkatkan kualitas proses bisnis.
"Kenyataannya 80 persen
data di entreprise itu berupa data tak terstruktur. Ini di luar kendali.
Sedangkan, 20 persen data bisa dikendalikan," ujar Richard Tan,
Regional Country Manager Lexmark South Asia and Taiwan di Jakarta, 24
Oktober 2013.
Daripada mengerahkan karyawan untuk memproses data
itu dalam bentuk dokumen digital secara konvensional, tentu tidak
efisien. Untuk itu, Lexmark memandang lebih efisien bila menggunakan
kombinasi solusi seperangkat alat canggih, Lexmark Managed Print service
(MPS) dan piranti lunak Lexmark Distributed Intelligent Capture
(LDIC).
"Solusi ini menjalankan fungsi capture, content, proces, search dan interact dalam satu alat," tegas Richard.
Dengan solusi LDIC, karyawan cukup mengambil dokumen kertas hanya dengan memasukkan dokumen dari entry point kemudian
dilakukan proses ekstraksi data dan disampaikan ke aplikasi tertentu
yang membutuhkan. Proses ini dinamakan pemindaian dokumen.
Selanjutnya,
data yang sudah dikonversi dalam format digital dikirim ke server
melalui komponen Multifungtion Print Printer (MFP)-resident Lexmark
Document Distributor+.
Bersama peranti lunak Brainware, dokumen
akan divalidasi. Misalnya dokumen yang tak terbaca akan dipindai ulang.
Jika ada dokumen yang tak jelas, maka sistem akan mengirimkan notifikasi
ke pengguna yang mengoperasikan MFP.
"Solusi ini cocok untuk efisiensi. Mulai dari pengambilan data (capture), pengenalan data ke database (content), memastikan proses aman dan informasi akurat (proces), bisa dilakukan pencarian (search) dan akhirnya pengguna bisa berinteraksi dengan konten yang telah terkelola (interact)," tambah dia.
Untuk harga, Lexmark akan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan skala perusahaan.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar