Kamis, 24 Oktober 2013

Intel: Komputer Tidak Mati, Tapi Berevolusi

Intel masih merajai pasar prosesor untuk PC dunia, termasuk notebook dan desktop PC. Haswell, arsitektur terbaru dan tercanggih Intel kini mulai menjamur. Mulai dari notebook yang terjangkau seperti Chromebook hingga notebook papan atas sekelas MacBook Pro kini meminangnya untuk
mendukung kinerja notebook.

Menurut data CPUBenchmark per triwulan ketiga tahun 2013, di jagat prosesor global, Intel masih mendominasi pasar di atas AMD dengan pangsa 75 persen, sementara AMD hanya 24,9 persen. Sisanya, prosesor merek lain.

Lalu, bagaimana tren ke depannya? Intel tentu punya banyak pekerjaan rumah untuk mempertahankan posisinya di puncak. Untuk mengetahuinya, VIVAnews berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Harry K Nugraha, Director of Strategic Business Development Intel Indonesia. Dia siap memaparkan wajah Intel di masa depan.

Berikut kutipan wawancaranya:

Bagaimana perkembangan teknologi terbaru prosesor Intel?

Beberapa waktu lalu, kami mengadakan Intel Developer Forum (IDF) di San Francisco. Ada pengumuan yang penting, salah satunya kami akan mengeluarkan dua jenis prosesor. Fokus pada microprocessor.

Andalannya adalah dengan perangkat wearable. Menariknya perangkat ini mulai banyak beredar di pasar, terutama di negara-negara maju.

Tentu orang perlu teknologi untuk improvisasi kehidupan mereka sehari-hari. Perangkat wearable sebagai satu segmen ke depan yang men-drive itu, M2M atau machine to machine.

Kalau komputer, Intel ada di PC, laptop, belakangan masuk ke ranah tablet, smartphone dan perangkat wearable. Termasuk solusi embedded yakni microprocessor controller, prosesor yang ada di display. Di balik itu semua ada teknologi Intel.

Kini, teknologi kita sudah meng-cover semua lini, mulai PC desktop sampai perangkat wearable.

Intel sudah merajai pasar PC. Bagaimana ekpektasi Intel di PC ke depannya?

Banyak yang bilang komputer telah mati. Kalah. Tapi, yang terjadi sebenarnya adalah evolusi komputer. Komputer itu sendiri berubah.

Anda bisa lihat, semua perangkat kini untuk mengakses dan mengolah data. Berarti ada fungsi computing. Dari perspektif itu, komputer sudah berevolusi, laptop pun begitu.

Dulu desainnya clamshell sekarang orang perlu lebih mobile. Kadang orang hanya butuh displaynya saja. Tapi, beberapa orang masih tergantung dengan keyboard-nya. Muncullah komputer tablet dan keyboard portabel sebagai pelengkap.

So, untuk memenuhi kebutuhan ini, kami meluncurkan prosesor Quark bulan Juli kemarin. Nanti ada generasi selanjutnya yang kita sebut generasi 2-in-1 computer. Bentuknya bisa menjadi komputer seperti sekarang ini, tapi juga bisa jadi tablet sewaktu-waktu diperlukan.

Secara desain baterai makin sempit, jauh dengan rancangan sebelumnya. Belum lagi ketebalan yang dulunya masih sangat tebal.

Komputer 2-in-1 akan ada awal tahun depan. Intel akan memasukkan sensor yang lebih banyak di dalamnya. Contoh, saat ini PC standar ada kameranya, nah kita akan masukkan kamera 3D, berarti ada tiga kamera. kamera ini bisa lihat bentuk 3 dimensi, jadi bisa lebih lihat kedalaman foto.

Kenapa arahnya ke sana?

Selain sensor untuk mata, voice recognition, touch, dengan adanya kamera kita arahkan ke gestur. Ini penting. Sensor akan mengarah ke sana. Komputer bisa lebih berinteraksi. Nah, dengan begitu, kita akan masuk ke personal computing.

Jadi, tren komputer sebenarnya nggak berhenti. Dari sisi Intel, kami menggerakkannya ke arah form factor, lebih tipis, dan kita masukkan sensor sehingga lebih interaktif.

Apa bedanya dengan Google dari sisi interaksi komputer?

Intel adalah salah satu bagian dari solusi yang ada. Artinya, komputer tidak akan jalan tanpa peranti keras. Solusi itu akan kami kombinasikan dengan apa yang ada. Kami selalu punya solusinya.

Bicara tren komputer tablet, bagaimana fokus Intel?

Nah, itu fokus kami yang kedua. Melakukan pembaruan untuk sisi tablet. Tahun ini, Anda akan melihat banyak tablet berbasis Intel yang muncul. Ke depan, tablet dengan dual boot OS akan jadi tren.

Belakangan ini, Orang cenderung menggunakan Windows dan Android. Seriring dengan kebutuhan di masa depan, orang akan pakai dual OS. Pasti ada permintaan. Artinya, dari sisi kemampuan prosesor ada permintaan untuk bisa menjalankan dual OS.

Sedangkan, dari sisi tipe aplikasi yang dijalankan, tren ke depan akan lebih berat. Pengguna menginginkan performa yang baik sempurna untuk multimedia dan video. Permintaan performa untuk komputer tablet akan naik.

Saat ini, ramai orang membicarakan tren ponsel yang mengarah ke multiple core processsor. Bahkan sudah ada ponsel dengan octacore. Bagaimana komentar Anda?

Anda tidak perlu bergantung pada jumlah core. Optimisasi sistem operasi juga akan berpengaruh. Dari sisi Intel, kami gunakan arsitektur yang berbeda. Kami menyebutnya Hyperthreading, bisa melakukan fungsi multitasking.

Salah satu contohnya, kamera. Kalau orang ambil foto diolah, di ponsel langsung, artinya dari sisi prosesor dia harus mampu mengambil foto dan olah foto secara live.

Harry K. Nugraha. (Intel Indonesia)
 Bagaimana dengan anggapan: prosesor Intel kuat tapi boros?

Ya, bicara baterai juga harus hati-hati. Ada fitur power management di ponsel. Kalau sinyal lemah, ponsel boosting, akan menguras baterai. Jadi, tergantung pada kondisi jaringan.

Dari sisi prosesor. Ada beberapa keunggulan dari performa, Hyperthreading, kemampuan grafik, kamera, mendukung HD.

Intel juga punya teknologi tak diketahui banyak orang. Intel WiDi, TV yang support WiDi mampu screen-sharing dengan pairing.
Ada elemen yang berbeda. Kami sudah lama bermain di Cloud. Visi kita membuat orang banyak menggunakan transaksi online. Di luar negeri, orang cukup menggunakan smartphone. Nanti, kartu kreditnya bisa masuk ke ponsel. Keamanannya terjamin.

Itu tak akan terlalu lama. Begitu infrastruktur siap, kita langsung support.

Bagaimana pasar Intel di jagat mobile sejauh ini?

Masih kecil, tapi pertumbuhannya bagus. Sekarang di Indonesia baru meluncur Lenovo, Asus, Samsung, dan Acer.

Jadi, untuk memenangkan pesaingan ini tak mudah. Mitra juga sudah punya solusi prosesor komputer Intel. Mereka punya tim khusus untuk prosesor masing masing.

Intel membuktikan prosesor kami kompetitif. Kalau dilihat sejarahnya, rekam jejak Intel mulai ke lokal OEM, operator. Nah, selama ini Intel komunikasi dengan operator lebih sedikit, dan kami belajar dari India.

Setelah itu, kami harus dekat dengan mitra produksi perangkat mobile. Tapi, mitra yang lebih besar yaitu mitra yang masuk di ponsel.

Kami mendengar dari sisi mitra, penting juga bermain pada portfolio tablet dan smartphone. Kami akan kerja sama dengan semua. Yang penting produknya kompetitif.

Ada rencana masuk perangkat ke entry level?

Sudah sebenarnya. Kami punya prosesor Lexington. Itu diperuntukkan entry level, cuma nggak masuk ke Indoensia. Di sini untuk entry level, kami sudah kalah begitu ketemu brand lokal. Konsumen maunya murah.

Sementara kami memikirkan teknologi yang reliable. Arsitektur prosesor dibuat lebih kecil.

Bisa digambarkan jumlah core di ponsel itu kontribusi terhadap prosesnya?

Ada beberapa pendekatan. Untuk buat suatu produk yang optimum. Misalnya, handphone saling berlomba memperbesar resolusi agar visual layarnya lebih detail dan terang.

Tapi, ada vendor yang memilih cara lain. Mereka membuat proses grafis yang lebih baik. Algoritma untuk software proses gambar bisa yang lebih baik. Misalnya, lihai dalam mengedit foto.

Artinya, banyak pendekatan yang bisa dilakukan. Untuk kami, Intel punya pendekatan berbeda. Kami punya arsitektur hyperthreading dengan core yang nggak banyak. Kami pakai teknologi arsitektur yang sama.

Untuk mencapai hasil yang sama, ada banyak pendekatan yang bisa dilakukan. Jumlah core tidak menentukan performa suatu produk.

Bagaimana cara membedakannya, coba saja dan bandingkan.



[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar