Untuk menjalankan sebuah aplikasi sosial, sebuah startup hanya perlu
membuat sebuah platform, kemudian biarkan pengguna membuat kontennya.
Game hanya perlu dibuat sekali dan hanya butuh beberapa kali patch atau
update setelahnya. E-commerce butuh investasi yang lebih banyak, tapi
menghasilkan uang dari sektor ini cukup mudah selama produk Anda bagus.
Ketiga itu adalah beberapa jenis model bisnis yang diusung oleh startup
yang menurut saya lebih realistis daripada musik.
Tapi kenyataan itu tidak menghalangi upaya startup untuk masuk ke
industri ini. Dalam beberapa bulan terakhir ini saja, ada beberapa
layanan musik yang muncul di Asia Tenggara seperti MUSiiCO dari
Indonesia dan Amplify dari Filipina. Meskipun sama-sama mengincar pasar
lokal, saya yakin mereka tetap akan kesulitan. Di China juga ada
Jing.fm, tapi saya rasa tinggal menunggu waktu sampai mereka menghilang
di bawah bayang-bayang Xiami milik Alibaba. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa semua startup yang saya sebutkan di atas tidak akan
sukses, dan mengapa saya menyarankan semua entrepreneur teknologi untuk
tidak masuk ke industri musik.
Biaya lisensi awal
Bahkan sebelum Anda mulai, Anda harus membeli hak untuk
mendistribusikan koleksi musik Anda terlebih dahulu. Membuat sebuah
pemutar musik tidak lagi cukup. Pelanggan sekarang ingin musik
streaming, dan jika koleksi musik Anda kurang, bahkan di pasar lokal
sekalipun, pengguna tidak akan mau menggunakan layanan Anda. Masalah ini
mungkin lebih mudah dihadapi jika fokus Anda adalah musik lokal. Tapi
ingat bahwa mencari dan merilis musik terbaru adalah tugas yang tidak
ada habisnya, dan Anda tidak bisa berharap musisi akan menghampiri Anda
di tahap awal. Jika Anda ingin melakukan ekspansi ke negara lain, Anda
harus berurusan dengan hukum yang berbeda.
Persaingan berat dari nama besar
Ada Spotify dan iTunes di barat, Xiami di China, dan lusinan lainnya.
Sekarang ini sudah ada paling tidak satu situs yang bisa memenuhi
berbagai selera dan kebiasaan pengguna. Ingin musik indie yang baru? Ada
Hype Machine. Ingin menjadi DJ virtual? Ada Turntable.fm. Ingin
memasang musik yang jelek buatan band tetangga Anda? Ada Soundcloud.
Perusahaan besar dengan uang banyak dan punya basis pengguna yang besar
seperti Tencent dan Netease dari China dan DeNA dari Jepang sering
berusaha masuk ke pasar musik dan tidak pernah berhasil. Bahkan, jika
Anda berhasil menemukan pasar yang masih kosong, perusahaan besar bisa
dengan mudah meniru dan mengimplementasikan ide Anda.
Monetasinya sulit
Jangan terkecoh dengan popularitasnya: layanan streaming musik
kesulitan menghasilkan uang. Spotify tidak pernah menghasilkan
keuntungan. Pandora juga selalu merugi dan harus membayar royalti. Xiami
beruntung dibeli oleh Alibaba, tapi cara monetisasinya masih belum
jelas. Untuk iTunes Apakah orang masih membeli musik dari iTunes? Jika
Anda tahu cara untuk menghasilkan uang atau bahkan keuntungan dari
industri musik, Anda tidak perlu mengkhawatirkan segala sesuatu yang
kami sebutkan di sini.
Pembajakan
Selain pesaing, pembajakan masih menjadi masalah besar di industri
musik, terutama di Asia, dimana hak properti intelektual dan hak cipta
tidak begitu dilindungi (bahkan mungkin tidak dilindungi sama sekali).
Anda mungkin akan dituntut sebagai distributor musik bajakan, bukan
sebagai orang yang men-download musik secara ilegal. Jadi, membuat
layanan untuk pembajak (misalnya Limewire) mungkin bukan jalur yang
aman.
Menjauhlah
Saya tidak ingin mengatakan bahwa distribusi adalah satu-satunya
model bisnis yang bisa diterapkan di industri musik. Soundhound,
Songkick, dan Nwplyng adalah beberapa contoh aplikasi yang berhubungan
dengan musik yang tidak menyediakan layanan untuk mendengarkan musik.
Mereka juga mengintegrasikan diri dengan nama-nama besar di atas. Tanpa
dana yang besar, sebagian besar startup musik hanya akan menuai
kegagalan.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar