Hutan-hutan digunduli, racun dan limbah disebar di laut dan sungai,
pembangunan gedung besar-besaran, dan udara segar menipis lantar
disesaki polusi. Itulah aktivitas yang dilakukan manusia di
rumahnya sendiri. Perubahan iklim pun menjadi teror yang tak bisa
dihindari lagi. Lalu, bagaimana
cara untuk mengatasinya?
Melansir Examiner, 4
November 2013, empat ilmuwan top dunia mengungkapkan bahwa energi angin
dan sinar matahari (surya) tidak cukup ampuh untuk mengatasi dampak
perubahan iklim di masa depan.
Para ilmuwan yang terdiri dari
mantan ilmuwan NASA James Hansen, Ken Caldeira dari Carnegie
Institution, Kerry Emanuel dari Massachusetts Institute of Technology,
dan Tom Wigley dari University of Adelaide di Australia, mengatakan cara
ampuh untuk memotong polusi yang berasal dari bahan bakar fosil adalah
menggunakan energi nuklir.
Keempat ilmuwan itu meminta dukungan
dengan menyurati para kelompok pencinta lingkungan dan politisi di
seluruh dunia, untuk menggelar sebuah diskusi mengenai peran energi
nuklir dalam memerangi perubahan iklim.
Upaya itu dilakukan
karena selama ini lingkungan selalu menentang penggunaan energi nuklir.
Selain biaya pembuatan pembangkit yang tinggi, risiko radiasi yang
diakibatkan energi nuklir sangat berbahaya bagi manusia.
Dalam
suratnya, para ilmuwan itu menjelaskan, energi terbarukan yang berasal
dari angin dan sinar matahari memang berperan dalam pemasok energi di
masa depan. Namun, sumber energi tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan
energi untuk populasi global yang terus meningkat.
Penggunaan
energi nuklir memang selalu ditentang. Tapi, para ilmuwan menyerahkan
kembali kepada masyarakat untuk penggunaan energi nuklir. Ini merupakan
pilihan sulit untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar