Cyber war atau perang cyber tak terelakkan terjadi antara Indonesia dan
Australia. Pemicunya adalah aksi penyadapan jaringan telekomunikasi dan
internet yang dilakukan negeri Kanguru tersebut kepada Indonesia.
Dua
situs intelijen Australia, hingga kini masih tumbang dan sama sekali
tak bisa dibuka. Berikutnya, gelombang serangan dari hacker muda
Indonesia diarahkan ke satu sasaran, yaitu situs milik Departemen
Pertahanan Australia di http://defence.gov.au.
Bukti cyber war
telah berkobar adalah penyerangan terhadap situs penting Australia
tersebut diumumkan secara terbuka di sebuah halaman event di Facebook
yang melibatkan ratusan hacker muda Indonesia sejak Jumat malam (8/11),
tidak seperti biasanya, penyerangan dilakukan secara silent atau
diam-diam.
Sebaliknya, situs-situs penting di Indonesia juga
diduga jadi sasaran serangan hacker Australia, seperti situs Kemenkum
HAM, KPK, dan PLN yang sempat down, bahkan mati total meski saat ini
sudah bisa dibuka kembali.
Bukan tidak mungkin, situs-situs
penting lainnya akan menyusul diserang, apalagi dengar-dengar Anonymous
Australia telah mengirimkan peringatan terakhir lewat laman di Youtube.
Dalam
video tersebut terungkap bahwa Anonymous Australia memperingatkan
kepada hacker Indonesia agar tidak melakukan random deface atau serangan
secaraacak yang merugikan pengusaha kecil, rumah sakit, dan website
tidak bersalah lainnya. "Fokuskan serangan pada website pemerintah dan
dinas intelijen yang telah melakukan penyadapan," ungkap Anonymous
Australia.
Bila ancaman itu menjadi kenyataan, maka tak pelak
terjadi perang cyber sipil yang tidak melibatkan negara yang bisa saja
bisa mengganggu layanan publik atau bahkan bisa mengganggu stabilitas
nasional seperti yang pernah terjadi di Estonia beberapa tahun yang
lalu.
Serangan hacker dalam jumlah besar-besaran ke Australia itu juga menyedot bandwidth yang sangat besar mengingat amunisi dan tools-toolsnya yang beragam dan canggih.
Menurut
Kabid Keamanan Internet Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) Irvan Nasrun, sebagian besar hacker di Indonesia merasa
terpanggil nuraninya atas penyadapan yang dilakukan pemerintah
Australia.
"Meskipun begitu kita tidak perlu terpancing dengan
melakukan penyerangan secara membabi buta. Hal yang dilakukan oleh
pemerintah Australia memang tidak benar, alangkah baiknya pemerintah
kita melayangkan surat resmi kepada Australia meminta mereka untuk minta
maaf," tegasnya.
Kelompok hacker yang tergabung dalam Anonymous
Indonesia itu memang tidak memiliki tujuan selain membela harga diri
bangsa yang telah diinjak-injak Australia dengan penyadapannya.
Berdasarkan halaman event #StopSpyingOnIndonesia, mereka mencoba
menghindari random deface dan hanya merobohkan situs-situs pemerintah
Australia saja.
Pengamat hukum telekomunikasi UI Edmon Makarim
mengungkapkan seharusnya para hacker lebih dewasa dalam melakukan
aksinya. Idealnya, tambahnya, pemerintah segera menyerukan agar para
hacker lebih bisa mengendalikan diri karena pengrusakan situs negara
lain dapat dikatakan sebagai kriminal oleh negara yang bersangkutan.
"Tindakan
balasan dari komunitas negara yang bersangkutan kan juga belum tentu
dapat diantisipasi dengan baik. Secara makro, yang dirugikan nanti
adalah kepentingan negara kita sendiri di mata dunia," tuturnya.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar