Senin, 25 November 2013

Indonesia Dituduh Bantu China Sadap Australia

Ketegangan Australia dan Indonesia terkait isu penyadapan kini memasuki babak baru. Setelah sebelumnya Australia yang duduk di kursi pesakitan, kini media Negeri Kangguru itu ramai menuduh Indonesia bekerja sama dengan China menyadap mereka.

Diberitakan News.com.au, Senin 25 November 2013, sebuah sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya kepada News Corp mengatakan bahwa Badan Intelijen Strategis Indonesia TNI (BAIS) menyadap telepon seluler warga Australia dan memberikan hasilnya ke China.

Penyadapan telepon seluler, tulis media ini, hanyalah sebagian kecil dari operasi spionase yang mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil. Indonesia juga disebut memata-matai Australia dengan sebuah mobil van dengan teknologi pengintai China.

Disebutkan, van itu kemungkinan menggunakan teknologi Barat yang dicuri China dan diberikan pada Indonesia oleh Departemen Ke-3 Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang diduga mitra kerja sama BAIS.

Departemen ke-3 PLA bertugas untuk intelijen sinyal dan siber China, sementara Departemen ke-4 mengatasi perang siber.

Media ini juga mengutip situs jurnal "Intelligence Online". Dikatakan bahwa kerja sama mata-mata Indonesia-China disepakati pada kunjungan Kepala Angkatan Udara China Jenderal Ma Xiaotian ke Jakarta, Maret 2011 lalu. Saat itu Ma menghadiri pameran pertahanan dan keamanan Asia Pasifik. "China tertarik pada masalah birokrasi, gosip bisnis tentang kontrak sumber daya dan aktivitas militer. Ada daftar panjang soal isu-isu yang membuat mereka tertarik," ujar sumber intelijen kepada News Corp.

Tidak seperti Australia dan AS, operasi mata-mata China disebut menggunakan model KGB Uni Soviet. Model ini menggunakan metode saturasi untuk mengumpulkan informasi, sehingga sulit diatasi.

Sementara itu jurnal pertahanan online Jane's Defence Weekly dalam laporannya mengatakan bahwa China  menawarkan pembangunan radar laut untuk Indonesia di titik-titik vital jalur pelayaran dunia.

Tawaran ini disampaikan pada kunjungan Presiden SBY ke Beijing Maret lalu. Tidak diketahui rincian sistem radar China ini, tapi diyakini jaringan radar ini ditawarkan untuk dibangun di Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat dan Sulawesi.

Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Iskandar Sitompul menjawab singkat. "Itu hanya dugaan-dugaan saja. Kami akan dalami dulu," ujarnya.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar