Sabtu, 09 November 2013

Kegigihan arek-arek Suroboyo tewaskan dua jenderal Inggris

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan memang banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih sulit diungkap. Masa kejayaan kota itu saat bendera Belanda disobek warna merahnya oleh arek arek Suroboyo di atas gedung Hotel Yamato. Tetapi, masih banyak sejarah menarik yang
membuat para sejarahwan pun menduga-duga.

Salah satu kematian Jenderal Inggris, yakni Brigjen Mallaby. Kontroversi kematiannya sampai saat ini masih menjadi teka-teki. Dalam buku 'Pertempuran Surabaya November 1945' yang ditulis Des Alwi pun masih menduga bahwa Mallaby tewas karena menjadi korban tembak salah sasaran.

Dalam buku ini, tewasnya Mallaby akibat salah sasaran berdasarkan kesaksian dari Muhamad, tokoh pemuda yang ikut masuk ke gedung Internatio untuk mendinginkan suasana. Di dalam gedung tersebut, Muhamad melihat sendiri tentara Inggris telah menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby.

Menurut Muhamad, ia melihat sejumlah mortir di depan jendela yang akan ditembakan ke mobil yang sedang berhenti di dekat Jembatan Merah. Muhamad sudah menduga bahwa mortir yang akan ditembakan guna membuat panik rakyat Indonesia sehingga Mallaby bisa keluar dari mobilnya.

Namun, apa yang terjadi nyatanya berbeda. Walaupun mortir-mortir itu mampu mengacaukan kerumunan massa, tidak berselang lama mobil yang dinaiki Mallaby juga meledak. Hal ini membuat kerusuhan semakin menjadi parah.

Pada akhirnya, jenazah Mallaby yang hangus terbakar dikembalikan kepada pasukan Inggris seminggu kemudian. Pasukan Inggris mengubur jenazah Mallaby di kawasan Tandjung Perak. Dalam buku juga diungkapkan para pasukan Inggris tampaknya tidak sempat mengecek kebenaran tentang mayat Mallaby karena peperangan segera berkobar.

Tewasnya Mallaby membuat Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang mengecam bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri. Tidak hanya itu, melalui kebijakan konyolnya, ia menyuruh setiap orang yang menyerahkan senjata harus mengangkat tangan di atas.

Batas ultimatum adalah pukul 06.00, tanggal 10 November 1945. Karena arek-arek Surabaya tidak mau menaati ultimatum tersebut, maka meletuslah pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Lalu, jenderal Inggris kedua yang juga tewas di tangan 'arek-arek Suroboyo' saat itu ialah Brigjen Robert Guy Loder Symonds. Dirinya merupakan Komandan Detasemen Artileri Pasukan Inggris di Surabaya.

Tewasnya jenderal Inggris ini karena diberondong senjata antipesawat udara yang diawaki oleh Goemoen, dari kesatuan BPRS (Barisan Pemberontak Rakjat Soerabaja). Morokrembangan yang dulunya ada sebuah lapangan terbang telah menjadi saksi kegigihan para pejuang Indonesia untuk menjatuhkan pesawat yang dinaiki Jenderal Robert Loder-Symonds.

Kedua jenderal Inggris yang tewas di Surabaya ini kini dimakamkan di di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta. Khusus untuk Mallaby, walaupun sempat dikuburkan di Tandjung Perak, jasadnya pernah dipindahkan ke pemakaman Kembang Kuning Surabaya. Setelah beberapa bulan, baru dimakamkan di Commonwealth War Cemetary, hingga saat ini.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar