Presiden Mesir yang dikudeta militer, Mohamed Mursi, hari ini menjalani
sidang pengadilan di Akademi Kepolisian Kairo atas tuduhan melancarkan
kekerasan. Bagi pendukung Mursi, sidang ini merupakan upaya terkini
pemerintah bentukan militer untuk menghancurkan kelompok Ikhwanul
Muslimin - yang mendukung Mursi - sekaligus membawa kembali Mesir
menjadi negara otoriter seperti era rezim Hosni Mubarak.
Menurut kantor berita Reuters,
pengadilan tidak hanya menyidangkan Mursi, namun juga 14 terdakwa lain
atas tuduhan yang sama, yaitu bertanggung jawab melancarkan kekerasan
yang menewaskan belasan orang dalam suatu bentrokan di luar istana
presiden di Kairo pada Desember 2012. Saat itu Mursi, yang masih menjadi
presiden, mengumumkan dekrit yang memperbesar kekuasaannya sehingga
menimbulkan kemarahan kubu oposisi.
Para terdakwa terancam
hukuman penjara, bahkan juga hukuman mati, bila terbukti bersalah atas
dakwaan tersebut. Mursi tiba di lokasi pengadilan dengan menggunakan
helikopter dari suatu lokasi rahasia, yang menjadi tempat dia ditahan
sejak dikudeta militer pada 3 Juli 2013.
Di luar gedung
akademi, pihak keamanan menempatkan banyak personel. Mereka
mengantisipasi aksi protes para pendukung Mursi dan Ikhwanul.
Bagi
para pendukung Mursi, pengadilan itu menandakan upaya terkini rezim
militer mencabik-cabik demokrasi, yang diperjuangkan rakyat Mesir saat
menumbangkan 30 tahun kekuasaan Mubarak pada Februari 2011.
Selain
menjaga ketat Akademi Kepolisian, pihak keamanan Mesir juga menutup
Lapangan Tahrir. Alun-alun itu selalu menjadi lokasi strategis bagi
demonstrasi massal.
Malam sebelum Mursi mulai diadili, surat kabar Al Watan
mempublikasikan tayangan video di lamannya, yang menunjukkan mantan
presiden itu sedang berbicara ke sejumlah orang yang tidak dikenal.
Mursi mengatakan bahwa penggulingan atas dirinya dari kepresidenan
merupakan "suatu kejahatan dilihat dari segala sisi." Al Watan tidak
memberitahu kapan percakapan itu terjadi.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar