Minggu, 10 November 2013

WiFi mengancam akses internet di Indonesia

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengkhawatirkan tingginya pertumbuhan WiFi di Indonesia malah kontradiktif dengan perluasan akses internet di Indonesia.
Ribuan bahkan jutaan WiFi yang digelar di seluruh wilayah terbuka dan indoor akan menjadikan
ruang pita frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz yg digratiskan oleh pemerintah dapat menjadi crowded sehingga menimbulkan gangguan yang serius.
Jaringan radio penghubung antara puluhan ISP ke ribuan pelanggan masing-masing ISP akan saling silang di udara, bertubrukan dengan radio-link antar titik (backhaul) P2MP (point to multi-point) milik banyak penyelenggara.
Menurut anggota BRTI Nonot Harsono, situasi akan bertambah rumit lagi setelah operator besar mencanangkan akan menggelar jutaan WiFi untuk outdoor access dan indoor access. "Vendor dan negara asal WiFi yang akan senang sedang Indonesia akan menuai kekacauan," keluhnya kepada merdeka.com, Senin (11/11).
Menurut dia, perangkat WiFi yang beredar di pasaran memiliki rentang frekuensi kerja yang amat lebar, dari frekuensi radio di bawah 2 GHz hingga di atas 6 GHz. Maka pada saat dijumpai bahwa pita 2,4 GHz sudah crowded, maka bisa saja ada godaan untuk melakukan adjusment menggeser frekuensi kerjanya ke sekitar 2,4GHz. Maka pita 2,3 GHz, 2,1 GHz, dan pita-pita lain akan menjadi terpakai sehingga akan mengganggu para pengguna pita yang lain tersebut.
Belum lagi sinyal radio liar yang timbul dari menurunnya kualitas konektor dan antena akibat cuaca. Konektor dan material antena yang termakan cuaca dapat menjadi titik pembangkit frekuensi liar yang tersebar ke sekitarnya.
"Maka bila ada ribuan bahkan jutaan WiFi digelar di seluruh taman kota, instansi-instansi, cafe-cafe, hotel-hotel, kantor-kantor, mall-mall, dst, betapa banyaknya sumber interferensi yang dibuat oleh kita sendiri," tuturnya.
Maka, lanjutnya, program off loading dengan menggelar jutaan WiFi oleh para operator besar hendaknya dipertimbangkan ulang. Tidak mungkin diperoleh kecepatan akses internet yang layak apabila akses wireless terganggu oleh interference. Sistem akan secara otomatis menurunkan kecepatan karena bit-error-rate (BER) akan meningkat tajam bila ada interference.
Menurut Nonot, lebih baik memaksimalkan penggunaan pita 2,3 GHz yang sifatnya eksklusif, tidak seperti 2,4 yang semua orang bisa menggunakan.
Kolaborasi antara operator seluler dengan para pemegang lisensi 2,3 GHz akan jauh lebih baik dan menjamin kecepatan akses yang lebih pasti, sehingga rencana Off-Loading trafik seluler mobile ke fiixed-nomadic menjadi akan terlaksana dengan baik.
"Interference dari WiFi ini adalah masalah besar bagi para operator dan para pengguna/masyarakat Indonesia. Hanya vendor yang akan berpesta dan bahagia krn volume penjualan akan naik drastis. Potensi suasana rumit ini tampak pula dari banyaknya seminar tentang WiFi small-cell, sedangkan backhaul WiFi yang juga ribuan belum ada yang membahasnya," ujarnya.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar