Selasa, 19 November 2013

Australia Menyadap, SBY Minta Rakyat Tak Emosi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar jumpa pers menyikapi aksi spionase Australia tahun 2009, Rabu 20 November 2013. Dalam jumpa pers itu, SBY meminta rakyat Indonesia tidak emosi berlebihan menyikapi tindakan Australia itu.

"Saya tahu rakyat Indonesia kesal dan marah terhadap apa yang dilakukan Australia kepada negara kita. Namun, demikian, dalam hubungan antarbangsa, dalam menghadapi situasi tertentu, tentu tidak boleh terlalu emosional dan mesti tetap rasional," kata Presiden di Kantor Presiden.

Dia mengingatkan, sikap dan langkah yang ditempuh Indonesia saat ini akan menentukan masa depan hubungan Australia dan Indonesia yang sudah terjalin dengan baik selama ini. SBY mencatat, Australia selalu membantu Indonesia saat bencana melanda. Secara nyata dan aktif, kata dia, Australia mengirim bantuan mereka ke wilayah Indonesia yang terkena bencana.

Demikian pula dengan kerjasama di forum kawasan dan dunia. "Terlebih tahun 2005 kedua negara sepakat menjadi kemitraan strategis. Maka kerja sama makin meningkat di berbagai bidang yang memberi keuntungan di kedua negara," kata SBY.

Lebih spesifik, SBY mencatat kerjasama antar universitas kedua negara, khususnya di bidang penelitian dan teknologi. "Belasan ribu pelajar Indonesia studi di Australia. Juga hampir 1 juta turis Australia datang ke Indonesia," ujarnya.

Perlu dicatat, Senin malam lalu, Presiden SBY pun tampak emosi saat berkicau di situs jejaring sosial Twitter menganggapi skandal penyadapan Australia ini. Dia bahkan secara khusus mengecam pernyataan publik Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
"Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah," tulis SBY melalui akunnya, @SBYudhoyono.
Presiden SBY yang menggunakan tanda *SBY* di belakang setiap kicauan yang ditulisnya sendiri juga menegaskan tindakan Amerika Serikat dan Australia sangat mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia, sesama negara demokrasi.

"Kita juga akan meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral, akibat perlakuan Australia yang menyakitkan itu," tulis SBY.

Presiden juga menulis, "Indonesia juga meminta Australia memberikan jawaban yang resmi dan bisa dipahami masyarakat luas atas penyadapan terhadap Indonesia."



[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar