Adanya laporan Edward Snowden bahwa Australia telah menyadap
percakapan telepon Presiden SBY dan beberapa pejabat negara lain ditolak
oleh Australia. Perdana Menteri negeri kanguru tersebut, Tony Abbott,
menyatakan bahwa pihaknya tak mungkin melakukan hal macam itu.
Seperti yang dilansir oleh ZDNet (18/11), sang Perdana Menteri
menyatakan bahwa dirinya tak pernah sama sekali meminta DSD, biro
intelijen Australia, untuk melakukan sebuah hal yang bisa merusak
hubungan kuat antara kedua belah negara. Dalam hal ini, Abbott
menyangkal Australia pernah melakukan penyadapan terhadap negara
tetangganya, Indonesia.
"Pemerintah Australia tak pernah berkomentar mengenai masalah
intelijen, kedua belah negara (Australia dan Indonesia, red) sudah sejak
lama melakukan politik persuasif, dan saya tak pernah berpikir untuk
mengubahnya," sebutnya dalam pertemuan dengan parlemen.
Abbott sendiri tidak mengelak bahwa Australia memang melakukan
serangkaian tindakan intelijen untuk mengumpulkan informasi. Namun,
dirinya menolak mengaitkan hal ini dengan adanya laporan dugaan aksi
intelijen terhadap Indonesia.
"Saya juga harus menyatakan bahwa Pemerintah Australia menggunakan
segala sumber dayanya semaksimal mungkin, termasuk untuk mengumpulkan
informasi, untuk membantu kawan dan sekutu, bukan untuk menyakiti
mereka," sambungnya.
Di lain pihak, Indonesia sendiri menyatakan sikap tegasnya atas aksi
penyadapan yang dilakukan oleh DSD dan NSA ini. Menteri Luar Negeri
Indonesia Marty Natalegawa misalnya, telah meminta Dubes Indonesia untuk
Australia kembali ke tanah air atas instruksi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Menurut Marty, penyadapan ini otomatis mempengaruhi
hubungan diplomatik Indonesia dengan Australia.
"Kalau duta besar dipulangkan, bukan masalah remeh, saya kira ini masalah serius," ujar Marty.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar