Rabu, 20 November 2013

Nuklir Iran, harga mati sampai mati

Pertemuan negara Barat dengan Iran untuk membahas keberlangsungan program nuklir dimulai di Kota Jenewa, Swiss, kemarin.

Negara Barat yang terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, dan China itu berupaya membahas soal pembatasan program nuklir Iran sebagai imbalan pencabutan sejumlah sanksi kepada Negeri Mullah itu. Rusia berharap kesepakatan awal bisa didapatkan pada pekan ini.

"Kami berharap hasil sukses bisa diraih dari pertemuan yang dibuka hari ini," kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov kemarin, seperti dilansir situs asiaone.com, Rabu (20/11).

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu memperlihatkan Iran telah menghentikan pengayaan uranium dan tidak menambah komponen baru di reaktor nuklir Arak sejak Agustus, saat Rouhani menggantikan Mahmud Ahamdinejad menjadi presiden.

Hal itu boleh jadi merupakan sinyal positif yang menunjukkan Iran bersedia berunding untuk membatasi program nuklirnya.

Presiden Hassan Rouhani beberapa kali mengatakan dia akan memperbaiki hubungan Iran dengan negara Barat, termasuk Amerika, namun pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei tetap bersikukuh menegaskan negerinya tidak akan menghentikan pengembangan program nuklir dalam pembicaraan di Jenewa.

Pada pertemuan sebelumnya Iran juga menyatakan mereka tetap akan melanjutkan pengayaan uranium dan ingin program itu diakui. Bahkan di reaktor nuklir di Arak, Iran bisa memproduksi plutonium yang bisa menjadi bom atom jika dioperasikan.

Bagi Iran, nuklir ibarat harga mati yang tak bisa ditawar lagi.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar