Menteri Perindustrian MS Hidayat meyakini, isu penyadapan yang
dilakukan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dan sejumlah pejabat, tidak akan mengganggu hubungan bisnis dan
kerja sama ekonomi dua negara.
"Ini di maintenance supaya tidak mengganggu bisnis. Sadap menyadap
itu biasa, tapi karena presiden yang disadap maka pemerintah harus
bersikap tegas, misalnya memanggil pulang duta besar, itu tindakan atau
peringatan," ucap Hidayat di Kantornya, Jakarta, Selasa (19/11).
Hidayat mengakui, masyarakat sangat mengharapkan ketegasan SBY dalam
menghadapi penyadapan. "Itu crashnya di bidang diplomasi juga mesti
berlangsung karena tekanan dari rakyat agar presiden bersikap tegas itu
tinggi. Sama kalau kita sadap negara lain, dia juga akan protes. Jadi
memang harus ada tindakan yang membuat masyarakat terpuaskan," katanya.
Sebelumnya, Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung juga
mengungkapkan hal yang sama. Urusan politik harus dipisah dari
kepentingan ekonomi.
"Tidak ada hubungannya. Ini kan sikap politik, ibarat pedagang itu
tidak ada kaitannya dengan urusan politik. Saya melihatnya seperti itu,"
ujar Chairul Tanjung usai acara "Peresmian Cetak Biru Strategi Literasi
Keuangan Indonesia" di Jakarta Convention Center, Selasa (19/11)
Seperti diketahui, Intelijen Australia telah menyadap pembicaraan
telepon Presiden SBY. Dalam data yang dipaparkan Edward Snowden tersebut
sejumlah pejabat negara disadap oleh negeri kanguru tersebut, termasuk
ibu negara Ani Yudhoyono.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar