Indonesia mulai menurunkan derajat hubungannya dengan Australia setelah
menarik duta besarnya dari Canberra. Pemerintah RI pun meninjau ulang
seluruh kerjasama dengan Negeri Kanguru, termasuk di bidang
pemberantasan terorisme yang selama ini berjalan amat baik.
Anggota
Komisi Hukum DPR Eva Kusuma Sundari menilai langkah keras yang diambil
Indonesia amat merugikan Australia, terutama di bidang penanganan
terorisme yang selama ini menjadi perhatian utama Australia paska
puluhan warganya tewas dalam tragedi Bom Bali 2002 dan 2005.
“Meskipun
Australia memberikan bantuan pada Detasemen Khusus Anti-Teror 88, tapi
mereka sangat butuh informasi dari RI. Jadi Indonesia tak perlu bernyali
kecil,” kata Eva di Jakarta, Rabu 20 November 2013. Menurutnya,
Australia bahkan bergantung pada Indonesia soal penanganan terorisme.
Eva
berpendapat Indonesia sesungguhnya lebih ahli dalam hal pemberantasan
terorisme, sebab Kepolisian RI sudah banyak menangani dan menangkap
pelaku terorisme. “Di sini Australia hanya user, yang bergantung pada
Indonesia untuk memperoleh informasi,” kata dia.
Selain soal
terorisme, kerjasama dalam isu penyelundupan manusia juga kini dikaji
ulang Indonesia. Padahal, ujar Eva, Australia sangat buruh Indonesia
dalam menangani imigran gelap atau manusia peragu. “RI selama ini
dipakai sebagai tanggul untuk menahan gelombang ribuan imigran yang
hendak masuk ke Australia,” kata politisi PDIP itu.
Sebaliknya,
Indonesia tak terlalu rugi bila menurunkan kualitas hubungannya dengan
Australia. Dari segi bisnis, kata Eva, investor terbesar Indonesia masih
berasal dari Jepang, Amerika Serikat, dan China. Oleh sebab itu
pemerintah RI tak perlu khawatir.
“Jika impor daging dari
Australia kita stop, itu bisa beralih ke India. Syukur apabila bisa
menggenjot produksi dalam negeri. Realitanya RI tidak begitu bergantung
pada Australia, tapi sebaliknya,” ujar Eva.
Secara terpisah,
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia
telah mulai menurunkan derajat kemitraannya dengan Australia. “Ini sudah
kami lakukan. Australia pun mulai merasakannya. Ibarat keran air,
Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit,” ujarnya.
Setiap
langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Marty, dilakukan
secara terukur sesuai dengan tanggapan dan sikap dari Australia.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar