Pemerintah Indonesia tengah marah kepada Australia soal skandal
penyadapan yang dilakukan Canberra kepada Jakarta. Bagi Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tindakan Australia itu sangat mencederai kemitraan
strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara demokrasi. Sebagai
balasannya, Indonesian saat ini mempertimbangkan untuk mengurangi
derajat hubungan dengan Australia.
Kemarahan itu berbeda jauh
dari sikap yang dilontarkan pemerintah Indonesia kepada Australia
sebelum terbongkarnya skandal penyadapan, yang diungkap media massa dari
hasil bocoran mantan kontraktor badan intelijen NSA dari Amerika
Serikat, Edward Snowden. Sebelum skandal ini, kedua pemerintah saling
melontarkan pujian dan sama-sama menyatakan bahwa Indonesia dan
Australia sudah menjalin hubungan yang sangat erat.
Departemen
Luar Negeri Australia (DFAT) mengungkapkan bahwa hubungan antarpejabat
dan antarpolitisi dari kedua negara sangat bersahabat. Dari 2007 hingga
2012, tercatat 130 kunjungan tingkat tinggi antara pemerintah Australia
dan Indonesia. "Ini sama dengan seorang menteri [baik dari Indonesia dan
Australia] pasti berkunjung setiap dua pekan," demikian ungkap DFAT
dalam Dokumen Strategis mereka mengenai Indonesia.
Pemerintah
dari kedua negara setiap rutin menggelar pertemuan. Pemimpin Indonesia
dan Australia rutin saling kunjung, baik itu lawatan bilateral maupun
menghadiri forum-forum regional seperti KTT Asia Timur dan APEC.
Sejak
2012, menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari kedua negara
bertemu setiap tahun untuk membicarakan isu-isu bilateral dan regional
menyangkut pertahanan, politik, dan diplomasi. Dialog ini disebut
sebagai Forum 2+2.
Untuk hubungan keamanan, Indonesia dan
Australia telah menyepakati "Perjanjian Lombok" pada 2006. Perjanjian
ini menjadi kerangka bagi kedua pemerintah dalam mengembangkan kerjasama
bidang keamanan. Lalu pada 2012 Indonesia dan Australia menandatangani
Kesepakatan Kerjasama Keamanan pada September 2012.
Pertemuan
rutin tidak hanya melibatkan pejabat antarpemerintah. Indonesia dan
Australia pun menggelar forum tahunan dengan menggandeng kalangan
akademisi, tokoh masyarakat, jurnalis, dan pengusaha untuk menggelar
dialog, yang lokasinya bergantian.
Australia juga rutin memberi
program beasiswa dan bantuan pembangunan kepada Indonesia. Pada
2012-2013, Indonesia menerima bantuan pembangunan dari Australia sebesar
$541,6 juta. Selain itu juga terdapat forum pertukaran pemuda, yang
mempertemukan kaum muda Indonesia dan Australia.
Hubungan
ekonomi dan perdagangan kedua negara pun meningkat. Selama periode
2011-2012, volume perdagangan Indonesia dan Australia naik 8,3 persen
dari periode sebelumnya menjadi US$14,9 miliar, ungkap Departemen Luar
Negeri dan Perdagangan Australia.
Hubungan erat kedua
pemerintah juga dibantu oleh kedekatan personal sejumlah pejabat
Indonesia atas Australia. Sedikitnya ada sejumlah pejabat tinggi
Indonesia yang menimba ilmu di Negeri Kanguru.
Wakil Presiden
Boediono merupakan lulusan University of Western Australia. Selain itu,
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meraih gelar doktor di Australian
National University.
"Kabinet Indonesia terdiri dari sejumlah
pejabat yang tahu banyak tentang Australia, yang pernah tinggal di sini
selama bertahun-tahun, yang menyukai Australia dan mendukung hubungan
dengan Australia," kata Profesor Ross Garnaut dari Universitas Melbourne
saat diwawancara stasiun berita ABC Australia.
Presiden
Yudhoyono pun berteman akrab dengan mantan PM Australia, Kevin Rudd.
Dia menghadiri pelantikan Presiden Yudhoyono untuk kali kedua di Jakarta
pada 2009. Lalu, Rudd pun memeluk Yudhoyono sangat erat ketika
menyambutnya di Canberra pada Maret 2010.
Bahkan, Yudhoyono pada
10 Maret 2010 diberi kesempatan untuk berpidato di Sidang Khusus
Parlemen Australia. Pemimpin kubu oposisi saat itu, yang kini PM
Australia, Tony Abbott, bahkan saat itu mengaku tidak sabar mendengar
pidato Yudhoyono.
"Pesan saya sangat jelas: Australia dan
Indonesia punya masa depan bersama yang gemilang. Kita tidak hanya
bertetangga dan berteman, tapi juga mitra strategis. Kita sama-sama
untung bila membina hubungan ini dengan baik dan sama-sama rugi bila
salah menjalaninya," demikian petikan pidato Yudhoyono saat itu.
"Australia
dan Indonesia secara bertahap telah membina hubungan yang khusus,"
lanjut SBY yang disambut tepuk tangan meriah dari para pejabat
Australia, baik pemerintah maupun kubu oposisi.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar