Ternyata, bukan hanya remaja dan orang dewasa saja yang pintar menipu.
Studi peneliti Jepang menemukan, bayi pun sejatinya sudah mampu menipu
orang tuanya dengan tangisan palsu.
Peneliti mengatakan,
kecenderungan tangisan palsu ditunjukkan karena bayi ingin mencari
perhatian orang terdekatnya. Potensi tangisan palsu itu semakin besar,
apabila bayi itu memiliki saudara yang banyak.
Kesimpulan itu didapat dari studi dua bayi selama periode enam bulan, dilansir Daily Mail, Jumat 17 Januari 2014.
Peneliti
University of the Sacred Heart, Tokyo Jepang, Hiroko Nakayama merekam
tangisan bayi selama satu hingga dua kali sebulan dalam periode
penelitian.
The British Psychological Society melaporkan,
peneliti memberi kode video-video berdurasi lima detik untuk
mendokumentasikan 68 episode rekaman video 'Bayi R' berusia tujuh bulan.
Begitu
pun bayi lain berusia sembilan bulan, 'Bayi M', didokumentasikan dalam
34 rekaman video. Melalui rekaman itu, peneliti berusaha mengetahui
kehadiran emosi sebelum bayi menangis.
Alhasil, Bayi R ternyata mengangis tanpa sebab negatif atau kondisi tertekan.
"Bayi R menangis sengaja untuk mendapatkan perhatian ibunya. Bayi tersenyum setelah ibunya mendekat," jelas Nakayama.
Ia
mengatakan, tangisan palsu itu berhasil menarik perhatian orang tua
mereka, dan itu berkontribusi kepada pembangunan emosional serta sosial.
Studi menunjukkan, keberadaan saudara si bayi punya kontribusi
memunculkan tangisan palsu. Dalam sebuah studi analisis, Bayi R memiliki
dua saudara kandung sedangkan Bayi M merupakan anak tunggal.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar