Dokumen milik mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional, Edward J
Snowden, kembali membuka fakta baru. Kali ini, dokumen yang
dipublikasikan oleh media Amerika Serikat, NBC, itu menyebut agen intel
Inggris (GCHQ) pernah meretas sebuah layanan chatroom yang kerap
digunakan kelompok hacker Anonymous untuk berkomunikasi.
Dilansir kantor berita BBC, Kamis 6 Februari 2014, agen GCHQ disebut meretas ke layanan chatroom itu menggunakan teknik denial of service attack (DoS) yang justru kerap digunakan Anonymous untuk meretas para korbannya. Kejadian itu dilaporkan tahun 2011 silam.
GCHQ
disebut membentuk tim bernama Kelompok Intelijen Bersama Analisa
Ancaman (JTRIG). Kelompok ini bertanggung jawab atas penggunaan serangan
DoS dan keberadaannya tidak pernah diungkap sebelumnya ke publik.
Dengan
menyamar, unit ini juga memata-matai dan ikut berkomunikasi dengan para
peretas Anonymous yang berhasil mencuri informasi.
Dalam sebuah
kasus misalnya, seorang agen disebut berhasil menipu seorang peretas
dengan nama sapaan P0ke, yang berhasil mencuri informasi milik
Pemerintah AS. Para agen JTRIG itu berhasil mengetahui identitas asli
P0ke dengan mengirimkan sebuah tautan berita BBC berjudul "Siapa yang
Menyukai Aktivis Peretas (Hacktivist)?"
P0ke dilaporkan tertipu
dan mengklik tautan tersebut. Dengan cara itu, JTRIG berhasil menerobos
pengamanan dari peretas dan memperoleh identitasi asli P0ke. NBC
menyebut P0ke merupakan seorang mahasiswa Skandinavia. Namun, dia tidak
pernah ditahan kendati agen GCHQ berhasil mengungkap identitas aslinya.
Tetapi
dokumen Snowden turut menyebut beberapa peretas yang identitasnya
berhasil diungkap dalam operasi JTRIG dibui oleh agen intel Inggris itu.
Salah satu peretas yang berhasil dibui yakni Edward Pearson,
yang secara ilegal berhasil mencuri informasi kartu kredit dan kartu
debit di akun Paypal. Dari transkrip pembicaraan yang terekam di chat
room terlihat Pearson mengontak agen GCHQ yang tengah menyamar dan
mengatakan dia tahu seorang peretas yang tengah mereka selidiki.
Namun, kenyataannya Pearson yang menggunakan nama samaran GZero turut dibui selama dua tahun pada 2012 silam.
Picu Keprihatinan
Aksi
agen intel Inggris ini mengundang keprihatinan dari beberapa pihak,
salah satunya peneliti keamanan di Universitas Cambridge, Steven
Murdoch. Dia berpendapat serangan DoS malah akan berdampak ke layanan
yang lain.
Pasalnya, DoS dipraktekkan oleh lebih dari 500 orang yang secara bersama-sama menyerang sebuah situs hingga kolaps.
"Sangat
mungkin, bahwa server saat itu tengah digunakan untuk kepentingan lain
yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Anonymous," ungkap Murdoch.
Murdoch
menambahkan pembicaraan yang tengah terjadi di ruang chat Anonymous itu
bisa saja tidak kaitannya dengan aksi peretasan, karena orang-orang
tergabung dalam Anonymous terdiri dari beragam individu.
"Sebagian
mungkin berbuat tindak kriminal, tetapi banyak juga yang hanya
menyampaikan protes, kampanye surat terbuka dan hal lain yang tidak ada
sangkut pautnya dengan tindak kriminal," imbuh Murdoch.
Sementara
seorang peneliti dari kelompok kampanye privasi internasional, Eric
King serangan DoS yang dilakukan GCHQ sama sekali tidak didasari hukum.
"Jelas tidak ada hukum yang membenarkan GCHQ untuk melakukan serangan siber," kata dia.
GCHQ
sudah lama memiliki kebijakan untuk tidak pernah mengomentari aksi
intelijen mereka. Namun, seorang juru bicaranya mengatakan bahwa semua
aktivitas GCHQ dilakukan sesuai dengan koridor hukum yang ketat dan
kebijakan yang berlaku.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar