Sudah
banyak penelitian yang mengatakan bahwa lapisan es di Kutub Utara
terus mencair akibat adanya perubahan iklim. Lalu, bila kondisi itu
dibandingkan dengan masa lalu, seberapa parah menipisnya lapisan es di
wilayah Artik itu?
Melansir Live Science, Minggu 27
Oktober 2013, penelitian terbaru menunjukkan suhu musim panas di Kutub
Utara abad ini adalah yang terpanas dalam kurun waktu 44.000 tahun yang
lalu.
"Pemanasan ini alami terjadi karena efek gas rumah kaca
yang meningkat di atmosfer Bumi," kata Gifford Miller, peneliti dari
University of Colorado, Boulder, Amerika Serikat.
Dari temuan ini
menunjukkan bahwa tingkat panas di laut Artik melebihi puncak panas
pada periode Holosen sekitar 11.700 tahun lalu. Periode Holosen
terkenal akan tingkat radiasi matahari sebesar 9 persen lebih tinggi
dari saat ini.
"Meningkatnya suhu panas itu diketahui dari
gelembung gas yang terperangkap di dalam inti es salju yang diambil
dari beberapa wilayah di Kutub Utara. Selain itu, peneliti juga
mengambil sampel tanaman lumut yang dianalisis tingkat radiokarbonnya,"
jelas Miller.
Dari hasil analisis itu, Miller menambahkan,
tanaman lumut ternyata telah terperangkap dalam es selama 44.000 tahun
atau bahkan dalam waktu 120.000 tahun. "Dari data itu menunjukkan di
Kutub Utara pada 120.000 tahun lalu tidak setebal pada saat ini,"
ujarnya.
Suhu di Kutub Utara memang terus memanas selama sekitar satu abad terakhir. Tapi, tingkat terpanasnya dimulai sejak 1970.
"Suhu
panas di Kutub Utara dalam waktu 20 tahun terakhir sangat menakjubkan.
Beberapa lapisan salju di Pulau Baffin mulai mencair dan menghilang.
Kami berharap suhu panas di Kutub Utara tidak meningkat lagi," tutup
Miller.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar