Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan
Australia David Johnston akan menggelar konferensi pers bersama, Jumat 8
November 2013, untuk mengklarifikasi isu penyadapan Australia atas
Indonesia.
Isu penyadapan ini pertama kali diberitakan oleh harian Australia, The Sydney Morning Herald,
mengutip informasi yang dibocorkan oleh Edward Snowden – mantan
kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat yang diburu Negeri
Paman Sam karena membocorkan informasi intelijen negaranya dan kini
mendapat suaka dari Rusia.
Sydney Morning Herald menyebut ada pos penyadapan di dalam gedung Kedutaan AS dan Australia di Jakarta. Sementara harian Inggris The Guardian menulis bahwa Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate)
sudah menyadap Indonesia sejak tahun 2007 ketika RI menjadi tuan rumah
Konferensi Perubahan Iklim PBB di Nusa Dua, Bali. Namun aksi penyadapan
itu dianggap gagal meski sudah menghabiskan biaya dan waktu.
Staf
Khusus Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono Bidang Luar Negeri, Teuku
Faizasyah, menyatakan Indonesia tak tahu pasti informasi apa yang
sesungguhnya dicari oleh pihak asing atas Indonesia. “Yang bisa
menjelaskan persisnya tentu kantor intelijen negara-negara itu. Tapi
yang jelas, informasi yang mereka ambil juga info publik dari internet
terkait segala macam hal,” kata Faizasyah kepada VIVAnews, Jumat 8 November 2013.
Sydney Morning Herald
menulis, salah satu data intelijen yang dicari Australia terkait soal
penyelundupan manusia. Isu ini memang selalu menjadi perhatian Negeri
Kanguru. Ribuan imigran gelap kerap menempuh jalur melalui Indonesia
untuk mencari suaka di Australia. Parahnya, cara ilegal melewati
Indonesia ini kerap berbahaya sehingga ratusan imigran seringkali tewas
tenggelam saat menyeberang ke perairan Australia.
Isu
penyelundupan manusia ini juga pernah dibahas oleh Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia terdahulu Kevin Rudd
pada 5 Juli 2013 di Istana Bogor. Menurut data yang dilansir Fox News,
sejak 1 Januari 2013 ada sebanyak 13.105 imigran ilegal atau manusia
perahu yang tiba di Australia. Kelompok terbesar berasal dari Iran
dengan jumlah 4.361 orang.
Sementara The Guardian
menulis, sebuah dokumen dari Edward Snowden mengungkap bahwa agen-agen
intelijen AS dan Australia berupaya mengumpulkan nomor-nomor telepon
para pejabat pertahanan dan keamanan Indonesia pada Konferensi Perubahan
Iklim di Bali tahun 2007. Namun misi itu disebut tidak berhasil karena
mereka hanya mendapatkan nomor ponsel Kapolda Bali.
Dalam aksi
mata-mata itu, Badan Intelijen AS (NSA) bekerja bahu-membahu dengan
Badan Intelijen Australia (DSD) untuk mendapatkan target mereka. “Tujuan
dari upaya (spionase) ini adalah untuk mengumpulkan pemahaman yang kuat
tentang struktur jaringan yang diperlukan dalam keadaan darurat,” kata
dokumen yang didapat dari Snowden itu.
DSD bahkan disebut
memasukkan ahli Bahasa Indonesia ke dalam timnya untuk memonitor dan
menyeleksi informasi dan komunikasi yang mereka dapatkan.
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar