Sabtu, 28 Desember 2013

Juara Dunia 2013, Awal Kebangkitan Bulutangkis Indonesia?

Kiprah Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2013 berujung manis. Skuad Cipayung berhasil memboyong 2 gelar di ajang bergengsi yang berlangsung 5 - 11 Agustus 2013 silam di Guangzhou, China. Sukses ini menghentikan puasa gelar juara dunia bagi Indonesia yang terakhir diraih pada tahun 2007 lalu.

Adalah nomor ganda putra dan ganda campuran yang menjadi andalan kali ini. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berhasil mengikuti jejak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan merebut titel sebagai juara dunia. Prestasi ini melebihi dari target awal yang diusung PBSI yakni hanya mengincar satu gelar.

Datang sebagai juara All England 2013, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir maju sebagai unggulan ketiga dan menjadi nomor yang paling diharapan untuk mendulang sukses kali ini.

Sempat tertatih-tatih sejak babak 16 besar, pasangan ini akhirnya memastikan gelar juara setelah menjungkalkan pasangan tuan rumah sekaligus unggulan pertama, Xu Chen/Ma Jin dengan skor 21-13, 16-21, 22-20. Kemenangan ini juga sekaligus membalas kekalahan mereka dari ganda China ini pada semifinal Olimpiade London 2012 lalu.

Bagi Liliyana Natsir ini menjadi sukses ketiganya setelah sebelumnya pada 2005 dan 2007 ia meraih juga gelar tersebut bersama Nova Widianto sekaligus mencatatkan namanya sebagai pebulutangkis putri pertama yang mampu meraih tiga gelar juara dunia nomor ganda campuran.

"Tentunya senang bisa mencetak prestasi seperti ini. Semoga tidak cuma tiga kali juara dunia, tapi lebih banyak lagi" papar Liliyana kepada Badmintonindonesia.org.

Gelar yang diraih Tontowi/Liliyana menjadi gelar juara dunia ganda campuran keempat bagi Indonesia. Jauh sebelum kemenangan Nova/Liliyana, pasangan Christian Hadinata/Imelda Wiguna tercatat pernah menjadi juara dunia pada tahun 1980.

Catatan impresif juga ditunjukan Hendra Setiawan/M. Ahsan. Turun sebagai unggulan keenam, pasangan ini mampu melenggang ke podium juara tanpa kehilangan satu set pun di turnamen ini. Puncaknya di laga final Hendra/Ahsan berjaya menaklukan duet Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, 21-13, 23-21 dalam tempo 33 menit.

Gelar ini adalah yang kedua kalinya bagi Hendra Setiawan setelah pada 2007 merebut titel kampiun sejagad bersama Markis Kido. Performa menawan pasangan ini pun makin sempurna setelah di penghujung tahun ini menjadi juara di ajang BWF World Super Series Finals di Malaysia, yang menutup rangkaian sukses mereka di tahun 2013 ini dengan total merebut 6 gelar juara dan mengukuhkan posisi mereka sebagai ganda putra nomor satu dunia saat ini.

“Perjalanan kami tahun ini sempat turun juga saat Ahsan cedera, tapi tentunya kami senang bisa meraih beberapa gelar penting tahun ini, seperti Kejuaraan Dunia dan kami pun senang bisa mendapat gelar Super Series Finals untuk pertama kalinya, hitung-hitung gelar akhir tahun,” ujar Hendra, dalam rilis PBSI.

Sepanjang 2013 total Indonesia telah meraih 11 gelar Super Series, 2 gelar juara dunia, 15 gelar Grand Prix dan Grand Prix Gold, 3 medali emas SEA Games. Untuk turnamen beregu, Indonesia sukses menembus final kejuaraan dunia beregu campuran junior 2013 dan terhenti di perempat final Piala Sudirman 2013 setelah dihempaskan China 2-3.

Dari beberapa pencapaian tersebut, menunjukan ada tren yang meningkat dari raihan prestasi tim bulutangkis Indonesia. Terlebih lagi kepengurusan PBSI dibawah Gita Wirjawan kali ini memang tengah sangat gencar melakukan pembenahan baik dalam bidang organisasi, pembinaan serta penerapan regulasi sponsorship bagi para pemain.

Lalu apakah serangkaian pembenahan tersebut akan dapat bermuara pada bangkitnya kembali kejayaan bulutangkis kita? patut kita nantikan.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar