Sabtu, 28 Desember 2013

PM Irak sebut Karbala harusnya jadi kiblat baru kaum muslim

Pernyataan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki bahwa Karbala, salah satu tempat suci bagi kaum Syiah, harus menjadi kiblat, arah yang dituju saat seorang muslim mendirikan salat, telah menimbulkan kontroversi di kalangan ulama Islam.

"Karbala harus menjadi kiblat dunia Islam karena Imam Hussein (cucu kedua Nabi Muhammad dan tokoh penting dalam ajaran Syiah) dimakamkan di sana," kata Maliki pada pekan ini, yang dilaporkan media Irak kemarin, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Sabtu (28/12).
Beberapa ulama Saudi menggambarkan pernyataan Maliki sebagai hasutan untuk menciptakan perselisihan dan seruan untuk memecah belah kaum muslim.
"Masalah ini sudah disepakati oleh semua ulama, baik Syiah dan Sunni. Mereka semua setuju bahwa kiblat adalah Kabah," ujar Nasser al-Honeini, profesor agama dan pengawas umum di Pusat Pemikiran Kontemporer di Arab Saudi.
Honeini menambahkan bahwa pernyataan Maliki mendistorsi Islam karena ajaran Islam tidak mengajarkan bahwa kaum muslim harus salat ke arah makam.
Khaled al-Mosleh, profesor hukum di Universitas Qassim Arab Saudi, menggambarkan pernyataan Maliki itu sebagai 'omong kosong' dan tidak sesuai dengan hukum syariah Islam.
"Fakta bahwa pernyataan seperti itu dibuat oleh orang penting layaknya perdana menteri Irak adalah sebuah bencana mengingat dia adalah seorang yang berpendidikan. Jika dia membuat pernyataan semacam itu, apa yang bisa kita harapkan dari orang-orang yang tidak berpendidikan?" ucap Mosleh kepada Al Arabiya.
Maliki, seorang penganut Syiah dan memiliki hubungan dekat dengan Iran, kerap dituduh mempromosikan agenda sektarian di Irak.
Ketika Maliki mengunjungi Amerika Serikat pada Oktober lalu, beberapa Senator Negeri Adikuasa itu mengirimkan surat kepada Presiden Barack Obama, di mana mereka menuduh Maliki mendukung Syiah atas Sunni di negaranya.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar