Kematian mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon disambut gembira
oleh warga Palestina. Mereka turun ke jalan-jalan, membagikan makanan
dan permen, merayakan kematian pria yang mereka sebut "si pembantai"
ini.
Seperti diberitakan Jerusalem Post, Sabtu
11 Januari 2013, ratusan masyarakat di Bani Suhaila, Jalur Gaza keluar
ke jalan-jalan. Pria dan wanita bersuka cita, bernyanyi dan berdansa,
beberapa terlihat membakar foto Sharon.
"Mereka mengatakan bahwa
kematian Sharon adalah awal dari kehancuran masyarakat Israel, membuka
jalan pada kemerdekaan," tulis laporan reporter Jerusalem Post.
Mereka
membagikan permen pada pejalan kaki, anak-anak dan pedagang, sebagai
bentuk kegembiraan atas kematian pria yang telah koma 8 tahun itu.
"Kami
membagikan permen untuk rayakan kematian si kriminil Sharon, pembantai
anak-anak, wanita dan pemuda serta orang tua. Kematiannya adalah pesan
bagi seluruh pembunuh di Israel bahwa mereka akan menghadapi nasib yang
sama," kata seorang warga warga Gaza, Fadi Abu Shab. (adi)
Hal
serupa disampaikan Partai Hamas di Gaza yang menganggap kematian Sharon
adalah pembuka kemenangan. "Rakyat kami sekarang sangat bahagia atas
kematian kriminal ini yang tangannya penuh darah warga Palestina dan
para pemimpin kami di sini dan di pengasingan," kata juru bicara Hamas,
Sami Abu Zuhri.
Perayaan juga digelar di kamp pengungsi Palestina
di Beirut, Lebanon. Kebanyakan mereka pernah merasakan berada dalam
kengerian saat Sharon memerintah, terutama pada peristiwa pembantaian di
Sabra dan Shatila.
Saat itu selama tiga hari, mulai dari 16
September 1982, ratusan warga Palestina di pengungsian, tidak terkecuali
wanita dan anak-anak di wilayah Sabra dan Shatila, sebelah selatan
pinggiran kota Beirut, dibantai tanpa ampun. Sebanyak 500 orang hilang
tanpa jejak setelah tiga bulan sebelumnya Israel menginvasi Lebanon.
Sharon
saat itu adalah menteri pertahanan. Akibat peristiwa ini, dia dipaksa
mengundurkan diri setelah komisi penyidik Israel menemukan fakta bahwa
Sharon "terlibat tidak langsung" dalam peristiwa itu.
"Tetangga
mendatangi kami, bajunya penuh darah. Mereka bilang, orang-orang
dibantai di jalanan. Awalnya kami tidak percaya, tapi lalu kami
mendengar teriakan, permohonan ampun orang-orang untuk tidak dibunuh,"
kata seorang pedagang, Magida, 40, mengenang peristiwa itu, dikutip dari
YNet News.
Kebanyakan warga Palestina sebenarnya ingin
melihat Sharon diadili dulu sebelum mangkat. Namun mereka pasrah pada
ketentuan Tuhan dan menyerahkan keadilan pada pengadilan yang maha adil
nanti.
"Tentu saja saya bahagia dia mati. Saya tentu akan senang
jika dia diadili di hadapan seluruh dunia atas kejahatannya, tapi ada
pengadilan Tuhan yang dia tidak akan bisa lolos," kata seoarng penjaga
toko di Palestina, Mirvat al-Amine.
"Pengadilan Tuhan lebih mengerikan daripada pengadilan di dunia," lanjutnya lagi.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar