Rabu, 20 November 2013

Alasan m-commerce bisa jadi resep rahasia bagi aplikasi chatting

Spencer Ng merupakan client service associate director TNS sebuah perusahaan penelitian global. Ia tertarik pada segala sesuatu yang berbau mobile dan saat ini menjalankan Mobile Behave (program untuk mengukur penggunaan smartphone) di pasar penting Asia.

Dengan perkembangannya yang pesat, berita tentang bagaimana aplikasi chatting bisa menghasilkan uang dari pelanggannya dan siapa yang akan memenangkan persaingan dalam memanfaatkan jumlah penggunanya untuk pertumbuhan bisnis banyak bermunculan.

Resep rahasianya mungkin terletak di m-commerce.

Hal ini sudah terjadi sekarang Tencent (HKG:0070) memiliki WeChat, sebuah aplikasi chatting yang memungkinkan penggunanya untuk membeli barang dari merek-merek retail.

Baru-baru ini, mereka mengumumkan sebuah fungsi pembayaran untuk McDonald's di WeChat. WeChat tidak sendirian aplikasi serupa seperti Viber juga mulai memonetasi pelanggannya dan memperkenalkan model bisnis baru yang inovatif. Line, misalnya, memungkinkan pengguna untuk melihat penawaran kupon makan di tempat yang dekat dengan mereka, dan 32 persen dari 280 juta orang pengguna terdaftarnya telah menggunakan kupon ini.

Dengan menggunakan data penelitian Mobile Life 2013 kami tentang pelanggan mobile, kita dapat melihat negara pada poros penetrasi aplikasi chatting mobile versus penetrasi m-commerce. Terlihat jelas bahwa nilai m-commerce di suatu negara bergantung pada pendapatan per kapitanya. Namun, ada korelasi yang jelas (semakin tinggi penetrasi aplikasi chatting mobile, semakin tinggi penetrasi m-commerce) yang menunjukkan bahwa, dengan meningkatnya penetrasi dua teknologi mobile tersebut, kesempatan bagi aplikasi chatting dan e-commerce untuk melebarkan sayap terbentang luas.

Apa yang harus dilakukan aplikasi chatting untuk mengatasi konvergensi ini?

Sebagai titik awal kita perlu tahu dimana tempat terbaik untuk memanfaatkan tren. M-commerce punya aspek geografi yang jelas tentang hal ini. Selain dari belanja online, kupon mobile adalah tren baru yang memanfaatkan jaringan retailer brick and mortar lokal. Oleh karena itu, memprioritaskan pasar yang tepat untuk mendorong konvergensi dua teknologi tersebut adalah hal yang penting.

Pasar potensial dengan konvergensi tinggi

Negara yang menempati posisi di kuadran kanan mencerminkan peluang tertinggi yang muncul dari konvergensi. Karena KakaoTalk dan WeChat sukses di negara asalnya masing-masing, Korea dan China punya pasar yang besar untuk memonetasi.

Di luar pasar ini, Hong Kong merupakan pasar yang bagus untuk diawasi karena kecenderungan masyarakat China yang berpenghasilan tinggi yang kebanyakan menggunakan WeChat berkunjung ke Hong Kong untuk berbelanja.

Menurut Hong Kong Tourism Board, jumlah turis yang mengunjungi negara ini setiap tahunnya mencapai tiga kali populasi di Hong Kong; ini menunjukkan kesempatan yang jelas bagi aplikasi chatting seperti WeChat untuk bekerjasama dengan perusahaan retail untuk menawarkan kupon mobile yang ditargetkan untuk membawa produk dan layanan terbaik untuk turis dari China.

Taiwan merupakan pasar yang juga menarik untuk diawasi konvergensinya. Seperti Hong Kong, negara ini mempunyai pendapatan per kapita tinggi dibanding China. Tapi yang lebih penting, aplikasi chatting Line telah mendapat posisi utama di pasar ini dengan memiliki penetrasi 70 persen. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi Line unuk memanfaatkan posisinya untuk menjalin kerjasama dengan retailer dan dengan cepat meluncurkan penawaran m-commerce-nya.

Pasar potensial dengan konvergensi rendah

Kombinasi dari tantangan logistik, infrastruktur internet yang terbatas, dan penetrasi kartu kredit yang rendah telah menghambat pertumbuhan e-commerce, apalagi m-commerce, di pasar ini. Bagaimanapun juga, potensinya tidaklah rendah. Masih ada kesempatan selama aplikasi chatting mengadopsi strategi city-level. Indonesia misalnya. Pilihan untuk menjalankan m-commerce sebaiknya dibatasi hanya di Jakarta dimana penetrasi aplikasi chatting hampir 50 persen lebih tinggi dibanding rata-rata nasional negara ini. Selain itu peluncuran yang terbatas akan memastikan bahwa usaha akuisisi retailer berfokus pada satu kawasan dan tidak menyebar ke kawasan lain.

Semua orang tahu BBM adalah aplikasi chatting utama di Indonesia, dan sejak tersedia di Android dan iOS, harapan mendapat jumlah pengguna yang lebih banyak tentu akan muncul. Meskipun demikian, pertanyaannya adalah bagaimana BBM memonetasi semua pengguna ini. Dengan asumsi bahwa mereka akan menggunakan m-commerce, tantangan pembayaran tetap akan menjadi hal penting di pasar yang dikuasai pembayaran tunai ini.

Apa artinya ini bagi retailer yang tertarik pada ekosistem m-commerce?

Pemasaran mobile akan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Aplikasi chatting dan ekstensi mereka akan muncul sebagai platform kunci bagi retailer untuk memasuki pasar pengguna mobile yang besar dan menarik mereka ke bisnis brick and mortar dengan kupon dan deal online. Di Korea, 68 persen pelanggan telah menggunakan tawaran serupa. Selain itu, retailer seperti Baskin Robbins dan Starbucks menggunakan layanan gift Kakao untuk mengirim kupon mobile kepada teman mereka untuk ditukar. Dari 170 produk di 2010, layanan ini telah mencakup 9.970 produk hingga sekarang menunjukkan permintaan yang kuat dari retailer untuk mengambil keuntungan dari konvergensi.

Meski kita melihat Korea sebagai pemimpin di perlombaan konvergensi, prospek di kawasan lain juga bagus. Di Hong Kong dan Taiwan, masing-masing 30 persen dan 40 persen pelanggannya mengaku mau datang ke tempat yang memiliki penawaran khusus. Dan cara apa yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan ini selain melalui aplikasi chatting?

Tampaknya perusahaan dengan kehadiran retail yang signifikan perlu untuk mengukur dan mendapat pengetahuan tentang konvergensi teknologi mendatang agar tidak melewatkan pergeseran digital ini.


[Sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar