Kurniawan, pendiri komunitas X-Code, kepada VIVAnews menuturkan, seharusnya para hacker Indonesia tidak menyerang situs-situs yang tidak berhubungan dengan kebijakan Pemerintah Australia soal penyadapan. Sebab, aksi itu justru akan memancing kemarahan hacker Australia.
"Jadi sama-sama rugi. Seharusnya yang mereka serang situs milik pemerintah, bukan situs-situs umum, milik tokoh yang tidak ada hubungan dengan penyadapan, atau situs badan sosial," katanya
Dia melihat, sebagian besar aksi hacker Indonesia meretas situs Australia karena nasionalisme. Namun, aksi mereka salah sasar. Akibatnya, hacker Australia juga mengancam merusak situs-situs Indonesia, yang juga tidak berhubungan dengan pemerintah.
"Sekarang kan ada balasan dari Australia, mereka menyerang balik. Ya itu saya tidak setuju balas-balasan seperti itu. Sebab hacker Australia sendiri kan tidak tahu. Jadi sama-sama rugi," tuturnya.
Kurniawan mengaku, komunitasnya tidak melakukan serangan terhadap situs-situ milik Australia. Komunitas X-code, kata dia, dibuat bukan untuk merusak.
"Kalau dari X-code sikapnya netral. Kami nggak fokus pada masalah politik, soal perang cyber. Kami nggak banyak ikut soal isu-isu itu. Kami fokusnya pada belajar soal hacking. Kami fokusnya belajar."
"Tapi kami juga tidak tahu, mungkin saja ada anggota kami ada yang ikut meretas tapi tidak bawa nama komunitas kami," katanya.
Dalam video yang diunggah di YouTube, hacker anonim Australia telah mendeklarasi perang siber dengan Indonesia dan siap meluluhlantakkan website-website ternama asal Indonesia seperti, www.indonesia.go.id, www.detik.com, www.kaskus.co.id, www.kpk.go.id, www.garuda-indonesia.com, www.polri.go.id. Tidak terkecuali Portal VIVA.co.id.
Berikut Videonya:
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar