Dokumen mantan kontraktor Badan Intelijen Amerika Serikat (NSA), kembali
menguak fakta baru. Kali ini yang jadi sasaran tembak adalah Badan
Intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Singapura.
Harian Sydney Morning Herald (SMH),
Minggu 24 November 2013 melansir, kedua negara itu memainkan peranan
penting dalam membantu badan intel AS dan Australia menyadap jaringan
telekomunikasi bawah laut di seluruh Asia.
Dalam dokumen itu disebut, AS dan lima mitra setia dalam hal intelijen yang lazim disebut "Lima Mata" (five eyes) menyadap kabel optik fiber berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia.
Operasi
penyadapan ini turut melibatkan kerjasama dengan Pemerintah Lokal dan
perusahaan telekomunikasi atau operasi lain yang bersifat rahasia.
Operasi
penyadapan kabel bawah laut merupakan bagian dari situs global yang
tertulis di dalam dokumen milik Snowden, memungkinkan mitra lima mata
mampu melacak siapa pun, lokasi di mana pun, dan kapan pun. Dalam
dokumen tersebut kemampuan lima mata itu disebut sinyal inteligen masa
keemasan.
Harian Belanda, NRC Handelsblad, sejak Minggu
kemarin telah menurunkan tulisan mengenai bocoran dokumen Snowden
tersebut lengkap dengan peta penyadapan jaringan telekomunikasi bawah
laut milik NSA.
Dalam artkel itu ditunjukkan AS memiliki
cengkraman kuat terhadap jalur komunikasi di kawasan Trans Pasifik.
Caranya, mereka membangun sebuah fasilitas penyadapan di bagian tepi
pantai barat AS dan di Hawaii serta Guam.
Dengan adanya fasilitas
itu, AS disebut dapat menyadap semua arus lalu lintas komunikasi di
Samudera Pasfik dan juga jaringan antara Australia dan Jepang.
Dalam
peta itu juga dikonfirmasikan peranan Singapura yang merupakan jaringan
terpenting dalam telekomunikasi bagi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Selain itu, Singapura juga disebut merupakan pihak ketiga dan
mitra kunci yang bekerja bersama lima badan intelijen tersebut.
Sebelumnya, di bulan Agustus lalu, Fairfax Media,
melaporkan bahwa Badan Intel Australia (DSD) telah bermitra dengan
intel Singapura untuk menyadap kabel SEA-ME-WE-3 yang tertanam dari
Jepang melalui Singapura, Djibouti, Suez dan Selat Gibraltar menuju
utara Jerman.
Saat itu seorang sumber di DSD mengatakan kepada Fairfax
bahwa Kementerian Pertahanan Singapura bidang keamanan dan intelijen
bekerja sama dengan DSD dalam mengakses dan berbagi komunikasi yang
berada di dalam kabel SEA-ME-WE3. Mereka juga membagikan komunikasi yang
tertanam di dalam kabel SEA-ME-WE-4.
Kabel itu ditanam dari
Singapura menuju selatan Prancis. Untuk bisa mengakses masuk ke dalam
kabel tersebut, dokumen itu menyebut dibutuhkan bantuan dari Perusahaan
milik pemerintah, SingTel. Perusahaan tersebut disebut telah menjadi
elemen kunci dalam perluasan operasi intelijen dan pertahanan Australia
dengan Singapura.
Operasi tersebut telah berlangsung selama 15
tahun terakhir. Pemilik mayoritas saham SingTel yaitu perusahaan Temasek
Holdings. Sementara SingTel sendiri sudah diketahui sejak lama memang
memiliki hubungan dekat dengan Agen Intel Singapura.
Duduk dalam
Dewan Direksi perusahaan tersbut yakni Peter Ong yang menjabat sebagai
Kepala Pelayanan Sipil Singapura. Ong sebelumnya bertanggung jawab
terhadap keamanan nasional dan koordinasi intelijen kantor Perdana
Menteri Singapura.
Menurut ahli intelijen Australia dari
Universitas Nasional Australia (ANU), Des Ball, kemampuan sinyal
intelijen Singapura sebagai yang terkuat di kawasan Asia Tenggara. Ball
bahkan menyebut kedekatan di antara intel Singapura dan Australia sudah
terjalin sejak tahun 1970an.
Indonesia Jadi Target
Sementara
intel Negeri Ginseng turut berada di dalam peta dokumen milik NSA.
Korsel memainkan peranan sebagai titik kunci untuk menyadap
telekomunikasi yang melintas melalui China, Hong Kong dan Taiwan. Badan
Intelijen Korsel (NIS) diketahui juga sudah lama bekerja sama dengan
CIA, NSA dan DSD.
Hal itu terungkap ketika Direktur Badan
Intelijen Australia (ASIO), David Irvine, mengatakan kepada Pengadilan
Federal, bahwa agen intel Korsel dan Negeri Kanguru telah bekerja sama
selama 30 tahun. Saat itu Irvine berusaha agar dokumen mengenai
kerjasama itu tidak bocor ke publik, karena dianggap dapat membahayakan
kepentingan nasonal Australia.
Kemampuan NSA disebut juga sanggup mencegat komunikasi melalui satelit. Dokumen Snowden yang diungkap harian Brasil, O Globo menyebut Australia bersama keempat rekan lima matanya kerap melakukan operasi itu.
Operasi
penyadapan pertama yang diungkap yaitu fasilitas spionase DSD yang
berada di Kojarena dekat Geraldton di Australia bagian barat. Dalam
operasi intelijen, fasilitas tersebut disebut dengan kode STELLAR.
Sementara
Pemerintah Selandia Baru membangun fasilitas biro keamanan komunikasi
di Waihopai di bagian selatan kepulauan Selandia Baru. Untuk fasilitas
ini diberi nama IRONAND. Namun di dalam dokumen itu, tidak diungkap nama
kode untuk fasilitas DSD yang berada di Shoal Bay, dekat dengan Darwin.
Untuk menyamarkan operasi tersebut, ketiga fasilitas itu disebut NSA, FORNSAT (komunikasi satelit asing).
Selain
dibantu Korsel dan Singapura, Negeri Sakura disebut turut membantu aksi
penyadapan itu. Mereka ikut mendukung aksi spionase AS dan Australia,
karena Negeri Paman Sam memiliki fasilitas penyadapan di pangkalan udara
di Misawa. Jaringan penyadapan itu kemudian diperluas dengan membangun
fasilitas serupa di misi diplomatik AS di Thailand dan India.
Agen
intel Inggris (GCHQ), juga memiliki fasilitas serupa di misi
diplomatiknya yang terletak di Oman, Kenya dan Siprus. Dalam peta itu
turut ditunjukkan kabel bawa laut yang diakses NSA dan GCHQ melalui
fasilitas militer di Djibouti dan Oman.
Fungsinya untuk memastikan jangkauan maksimum penyadapan komunikasi di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar