Sebuah laman fan page di Facebook, Singapore Hijab Movement, diketahui hilang secara misterius dari
media sosial tersebut, Kamis (14/11/2013). Alasan hilangnya laman
dengan lebih dari 26.000 fans terkumpul dalam hitungan pekan itu tak
diketahui.
Fan page pengganti dibuat pada Jumat (15/11/2013). Belum sampai tengah hari, sudah lebih dari 4.000 "like" didapat akun baru ini.
Fan page
tersebut dibuat untuk mendesak Pemerintah Singapura melonggarkan aturan
atas pelarangan penggunaan jilbab bagi perempuan yang bekerja di sektor
publik negara itu. Sebelum laman tersebut hilang, ada indikasi gerakan
akan meraup lebih banyak dukungan.
Sebuah cache di Google menunjukkan laman yang terhapus telah mengunggah tulisan tentang hak perempuan dan isu jilbab sepanjang pekan ini. Posting tersebut juga menyebar dengan ratusan kali tombol "share" diklik di Facebook.
Jumlah
orang yang "berbicara tentang" laman tersebut bahkan melampaui jumlah
"like" yang terhimpun. Pembicaraan terkait laman itu menjadi indikasi
bahwa anggota laman aktif melakukan advokasi terkait isu yang diangkat.
Sejauh
ini, belum ada perubahan sikap Pemerintah Singapura atas isu jilbab.
Deputi Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean mengatakan, pemerintah
berkewajiban menjaga harmoni sosial meskipun memahami aspirasi
masyarakat, seperti dikutip dari The Straits Times.
Kepada The Straits Times, Hean mengatakan, "Setiap komunitas ketika mendesak (sebuah isu) untuk concern-nya sendiri harus mengingat bagaimana pengaruhnya terhadap komunitas lain dan bagaimana orang lain akan melihatnya."
Izin pemakaian jilbab jadi masalah?
Perdebatan
soal isu jilbab sudah berlangsung lama di Singapura. Pada September
2013, misalnya, seorang peserta forum bertanya mengapa perawat Singapura
tak diizinkan mengenakan jilbab.
Larangan mengenakan jilbab juga
berlaku untuk perempuan Muslim yang menjadi polisi atau tentara.
Sementara lelaki sikh yang bekerja di layanan publik Singapura diizinkan
mengenakan turban bersama dengan pakaian seragam mereka.
Yaacob
Ibrahim, Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura, mengatakan,
memberikan izin perempuan Singapura yang bekerja di layanan publik
mengenakan jilbab akan sangat bermasalah. Dia meminta komunitas Melayu
Muslim yang merupakan 15 persen populasi di Singapura untuk bersabar.
Asosiasi
mahasiswa Muslim di Singapura juga sudah angkat bicara tentang masalah
ini. Mereka menegaskan izin pemakaian jilbab bagi perempuan Muslim yang
bekerja di sektor publik tak akan memengaruhi kerukunan beragama di
Singapura.
"Ada
banyak bukti dalam masyarakat maju lain menunjukkan bahwa membiarkan
anak perempuan Muslim mengenakan tudung (Editor: tudung dan hijab adalah
sama) tidak memengaruhi integrasi dan kekompakan sosial. Dan,
dalam kasus perawat, yang mengenakan jilbab di negara-negara Barat (
... ) mereka dapat melakukan tugasnya secara profesional.."
Saat Tech Asia meminta konfirmasi dari administrator Facebook, sebuah laman fan page
baru sudah muncul kembali di Facebook. Menggunakan nama yang sama,
tetapi latar gambar yang berbeda, dan angka "likes" yang jauh lebih
kecil daripada sebelum hilangnya laman lama.
Berikut tampilan baru laman itu.
[Sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar